Limawaktu.id, Kota Bandung - Bencana Alam merupakan peristiwa atau kejadian yang di sebabkan oleh alam dan berdampak besar bagi kehidupan manusia, yang dapat merusak harta benda, hilangnya nyawa dan kerugian ekonomi. Kejadian bencana alam meliputi banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.
“Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang paling banyak terjadi bencana alam di Indonesia. Menurut catatan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Provinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang paling banyak terjadi bencana alam setiap tahunnya dari mulai kekeringan, hingga gempa bumi, pada tahun 2023 tercatat 2050 kejadian bencana alam yang terjadi Propinsi Jawa Barat dengan jenis bencana alam terbanyak merupakan kebakaran hutan dan lahan,” terang Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WA:HI) Jawa Barat Wahyudin Iwang, dalam keterangan pers yang diterima Limawaktu.id, Selasa, 24 Desember 2024.
Menurut Wahyudin, sebanyak 710 kejadian, yang terjadi di seluruh kabupaten/kota kecuali Kota Banjar, disusul dengan cuaca ekstrem sebanyak 624 kejadian dan bencana longsor sebanyak 465 kejadian. Tahun 2024 kembali menjadi tahun bencana bagi Propinsi Jawa Barat, 1690 kejadian bencana terjadi di wilayah jawa barat lebih dari 18.000 rumah mengalami kerusakan, 58 jiwa menjadi korban, dan 547.966 jiwa terdampak akibat kejadian bencana yang terjadi selama tahun 2024 ini.
“ Bencana di wilayah Jawa Barat di mulai pada awal pergantian tahun 2024 serangkaian bencana dari mulai bencana alam gempa bumi, kecelakaan tabrakan kereta api, banjir dan longsor, tercatat dalam laman Barata BPBD Wilayah Propinsi Jawa Barat mencatat setidaknya 286 kejadian bencana, 5 kejadian bencana alam gempa bumi, 5 kejadian bencana banjir, 104 kejadian bencana tanah longsor, dan 142 kejadian bencana cuaca ekstrem, “ katanya.
Dampak dari bencana tersebut mengakibatkan 209 rumah rusak berat, 338 rusak sedang dan 1.159 rusak ringan sementara 11.311 rumah terendam, 4 jiwa meninggal dan 43.660 jiwa terdampak.
Kejadian demi kejadian bencana terus terjadi, memasuki musim hujan kejadian bencana banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem silih berganti menerjang begitupun memasuki musim kemarau bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan melanda hampir semua wilayah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat, kurang lebih 150 kejadian bencana setiap bulannya terjadi tidak sedikit dampak kerusakan dan korban jiwa.
Dia menyebutkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sendiri menyebut wilayah Jawa Barat merupakan propinsi dengan tingkat kebencanaan paling tinggi di Indonesia.
Kejadian bencana paling tinggi di Wilayah Jawa Barat adalah bencana tanah longsor dan banjir, hampir setiap tahun bencana ini melanda Wilayah Jawa Barat di tambah lagi dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini mengakibatkan bencana cuaca ekstrem, cuaca ekstrem merupakan keadaan atau fenomena fisik atmosfer di suara tempat, pada waktu tertentu dan terjadi pada jangka pendek serta sifatnya yang ekstrem. Beberapa kondisi atmosfer yang dapat dikategorikan cuaca ekstrem di antaranya suhu udara permukaan di atas 35 persen, kecepatan angin di atas 25 knot, dan curah hujan dalam satu hari di atas 50 mm, dalam kurun waktu lima tahun kejadian bencana yang disebabkan cuaca ekstrem terus meningkat setiap tahunnya.
Bencana cuaca ekstrem yang terjadi di Jawa Barat selama ini lebih banyak di sebabkan oleh perubahan iklim penyebab perubahan iklim itu sendiri diantaranya Pemanasan global, Efek gas rumah kaca, - Kerusakan lapisan ozon, Kerusakan fungsi hutan, Penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol, Gas buang industry.
Selain factor-faktor diatas, menurut situs PBB Indonesia penyebab pemanasan global dan perubahan iklim Pembuatan energy, Manufaktur barang, Penebangan hutan, Penggunaan trasportasi, Produksi makanan, Penyuplaian energi untuk bangunan Pemakaian berlebihan. Contoh emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim yaitu termasuk karbon dioksida dan metana. Emisi gas rumah kaca ini berasal dari penggunaan bensin untuk mengendarai mobil atau batu bara untuk memanaskan gedung, Selain itu, pembukaan lahan dan hutan berpengaruh mampu melepaskan karbon dioksida. Tempat pembuangan sampah merupakan sumber utama emisi metana. Energi, industri, transportasi, bangunan, pertanian dan tata guna lahan termasuk di antara penghasil emisi utama.
Dari data yang WALHI Jawa Barat dapat dari berbagai sumber saat ini ada kuranglebih 900.000 lahan kritis di Jawa Barat yang berpengaruh terjadi perubahan iklim yang terjadi di Jawa Barat, di tambah lagi dengan pembangunan – pembangungan proyek strategis nasional yang di bangun di wilayah Jawa Barat diantaranya pembangkit listrik yang menggunakan batubara, pembangunan pabrik, pemberian ijin untuk pertambangan dan galian yang tersebar di Jawa Barat mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan terjadinya bencana cuaca ekstrem dan meningkatnya kejadian bencana banjir dan longsor, seperti yang terjadi di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur yang mengakibatkan 3731 mengalami kerusakan, 1679 rumah terendam, 12 jiwa meninggal dan 17.685 jiwa terdampak.
“Tidak berlebihan kiranya tahun 2024 merupakan tahun bencana bagi Propinsi Jawa Barat, bagi kami mal;ah hal ini bukan bencana alam melainkan Bencana Ekologis, dimana perubahan bentang akan serta menyusutnya kawasan hutan oleh berbagai kegiatan telah menyebabkan kehancuran lingkungan yang sangat signitifan.,
• Pengaduan kasus
Selama tahun 2024, selain melakukan penanganan kasus-kasus lingkungan hidup tahun sebelumnya, WALHI Jawa Barat mendapatkan pengaduan-pengaduan kasus-kasus pembangunan dan ancaman perusakan lingkungan hidup sebanyak 14 kasus. Kasus-kasus tersebut adalah Pencemaran Limbah pada Persawahan Petani oleh PT. CIXI JAYA PLASINDO, Keluarnya izin baru pertambangan andesit 3 IUP Eksplorasi yang sudah CNC dan 1 WIUP di cadangkan keempatnya hingga 2024 di Antajaya Bogor, Alih Fungsi Lahan dan Pemanfaatan Lahan untuk Kegiatan Trail Motor Pengaduan kebocoran pipa pertamina di Indramayu, Pengaduan warga yang terkena dampak pencemaran limbah dari PLTGU Karawang, Pengaduan Reklamasi pantai oleh pembangunan Patimban dari Nelayan, Pengaduan warga pencemaran sungai limbah pabrik tahu di Majalengka, Pengaduan warga pencemaran sungai dari limbah pembuatan jaket kulit di Garut, Pengaduan pendampingan warga Pangandaran yang terkena proyek peralihan kampong, enambangan Ilegal Galian C di Gunung Sireum PT PNC Majalengka, penebangan Pohon Liar di Sukabumi, Penyerobotan Tanah dan Ancaman Hilangnya Sumber Mata Air Desa Iwul, Parung Bogor, Pembangunan Pabrik Popok Bayi di Cigentur dan elanggaran Fungsi Sempadan Sungai Pembangunan TPPS dalam Agenda Revitalisasi Pasar Ciparay.