Limawaktu.id, Kota Bandung – Para seniman Kota Bandung mengeluhkan kondisi hutan kota Babakan Siliwangi (Baksil) Bandung yang berdiri Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di lokasi tersebut.
“Kami merasa resah karena dampak dari keberadaan TPST Babakan Siliwangi ini merusak estetika dan mereduksi fungsi hutan kota,” terang pelukis Tisna Sanjaya.
Menurut dia, Baksil merupakan bagian dari budaya dan sejarah Sunda harusnya di lokasi tersebut tidak ada TPST, tapi sampah yang ada dikelola ditempat yang lebih aman.
"Sampah harus ditempatkan di lokasi yang lebih sesuai, bukan di sini," kata Tisna, saat berdialog dengan Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, Selasa, 25 Maret 2025.
Menanggapi keluhan para seniman tersebut, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk menjaga kelestarian Hutan Kota Babakan Siliwangi (Baksil) sambil mencari solusi terbaik terkait keberadaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di kawasan tersebut.
Farhan menegaskan, keberadaan TPST saat ini masih sangat penting bagi Kota Bandung, terutama dalam menghadapi lonjakan sampah menjelang Lebaran.
Menurutnya, dia juga memahami kegelisahan para seniman dan budayawan yang menganggap TPST mengganggu fungsi Baksil sebagai ruang berkesenian dan konservasi alam.
“Sebagai pengelola kota, saya harus membaca dan menangkap kegelisahan masyarakat. Para seniman dan budayawan melihat Baksil sebagai rumah berkarya, berekspresi, dan berkontemplasi," katanya, dikutip bandung.go.id.
Keberadaan TPST di Baksil ini jika dianggap mengganggu akan menjado perhatian Pemkot Bandung.
“Kunjungan saya ke sini bertujuan agar kita memiliki pemahaman yang sama, berada dalam satu frekuensi,” imbuhnya.
Farhan menjelaskan, solusi jangka panjang akan dicarikan agar keberadaan TPST tidak bertentangan dengan fungsi hutan kota.
“Dalam lingkungan sebagus ini, harus ada upaya pengolahan sampah yang lebih berbudaya. Kita harus memikirkan inovasi agar pengelolaan sampah tetap berjalan tanpa mengorbankan estetika dan keberlanjutan lingkungan,” lanjutnya.