Bandung (limawaktuid),– Lembaga pers kini berada hampir sama dengan media sosial sebagai pabrik informasi. Posisi ini membuat posisi pers menurun sebagai lembaga kebenaran, dimana khalayak tidak mengonfirmasi kebenaran melalui media mainstream, seperti media cetak, tv, online, dan radio.
Demikian dikatakan Peneliti Riset Counter Narrative Melawan hoax, Dr.Septiawan K. Santana M.Si, dalam acara Public Expose: Hasil Riset Counter Narrative Melawan Hoaks di kampus Unisba, Rabu (24/8/2022). Acara tersebut hadir pula Sekretaris Komisi I DPRD Jawa Barat Sadar Muslihat, Dr. Zulfebriges Drs, M.si selaku Peneliti Public Expose: Hasil Riset Counter Narrative Melawan Hoaks, penanggap riset Prof H.Karim Suryadi M.Si Guru Besar Komunikasi Politik UPI, pengamat media dan komunikasi massa, Prof. Dr. Atie Rachmiatie, M.Si, serta lainnya.
"Banyaknya hoaks atau berita bohong yang bertebaran akibat dari lemahnya peran lembaga pers, bahkan belakangan, orang lebih memilih mencari berita melalui media sosial dibandingkan media mainstream," kata Septiawan.
Septiawan mengungkapkan, banyak media yang menjadikan sosial media sebagai acuan informasi. Padahal, pers seyogyanya pers menjadi barometer kebenaran melalui verifikasi dan validasi informasi. Kini pers malah ikut menunggu berita berita viral di sosial media.
“Betapa kuatnya penyebaran hoaks di sosial media yang penuh berbagai kepentingan, yang memicu kegaduhan dan kericuhan. Ini karena konten sosial media dibuat tanpa etika. Makanya konten naratif sangat diperlukan, untuk mengatasi dominasi narasi narasi hoaks di wacana publik,” jelasnya.
Septiawan mengapresiasi program pemerintah Provinsi Jawa Barat yang telah menghadirkan program Jabar Saber Hoaks. Unit ini dapat memproduksi narasi-narasi untuk mengantisipasi informasi hoaks.
“Penelitian kami merekam bahwa ada kegiatan konten naratif yang dilakukan Jabar Saber Hoaks. Kami juga menemukan counter naratif ini melalui instagram dan WA, Tentunya kreidbilitas Jabar Saber Hoaks ini memenuhi kualifikasi kredibilitas,” katanya.
Pengamat media dan komunikasi massa sekaligus Dekan Fikom Unisba, Prof. Dr. Atie Rachmiatie mengatakan, penting untuk menekan penyebaran hoaks di masyarakat melalui Public Expose Hasil Riset Counter Narrative Melawan Hoaks ini.
“Ini bukti nyata yang kongkrit, kolaborasi pentahelix, sangat bermanfaat Public Expose Couter Narratif Melawan Hoax ini,” jelasnya.
Menurut dia, upaya melawan hoaks menjadi tugas seluruh elemen masyarakat. terlebih informasi bohong sangat berpengaruh terhadap karakter dan budaya generasi muda.
“Siapa yang memenangkan maindset bangsa dialah yang akan memiliki power. Jadi bagaimana kita meluruskan maindset generasi muda kita, ini salah satu langkah yang perlu kita lakukan bersama,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kominfo Jawa Barat Ika Mardiah menegaskan urgensi pemerintah provinsi Jawa Barat dalam mengatasi hoax. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil serta merta membentuk Jabar Saber Hoaks setelah dilantik sebagai upaya menekan penyebaran hoaks di tengah masyarakat.
"Maraknya informasi hoaks dapat berpotensi mengganggu kehidupan bermasyarakat, sehingga perlu kanal terpercaya. Inilah yang menginisiasi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil langsung membentuk Jabar Saber Hoaks. Selain itu upaya meningkatkan budaya literasi, dan antisipasi hoaks” katanya.
Selama ini Jabar Saber Hoaxs terus berupaya menekan penyebaran hoaks dengan berbagai cara. Salah satunya dengan meningkatkan budaya literasi.
Ika mengatakan, data aduan yang diterima tim Jabat Saber Hoax pada 2022 terdapat 6145 aduan. Dari aduan tersebut, 4265 informasi terklarifikasi sebagai hoax. "Kami mengimbau masyarakat melaporkan informasi yang meragukan kebenarannya melalui Jabar Saber Hoaks. Hal ini upaya agar masyarakat dapat menekan penyebaran hoaks," paparnya.