Limawaktu.id - Pemerintah Desa (Pemdes) Laksana Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) angkat bicara perihal permasalahan pembangunan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung yang akan menggempur Gunung Bohong.
Sebelumnya, jalur trase yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) itu sudah memberikan dampak negatif bagi warga Komplek Tipar Silih Asih RW 13 Desa Laksana Mekar. Hampir semua rumah di wilayah tersebut mengalami retak akibat dari aktifitas ledakan mega proyek tersebut.
Sekretaris Desa Laksana Mekar, Kohar Muzakar mengungkapkan, belum ada satu izin atau surat pemberitahuan pun yang masuk dari pihak KCIC atau PT CREC sebagai pelaksana terkait aktifitas pembuatan terowongan di Gunung Bohong tersebut. "Pernah ada datang sebelum puasa (tapi) komitmen dengan desa diabaikan. Sampai sekarang pembangunan pun desa tidak dikasih tau," katanya saat dihubungi, Sabtu (19/10/2019).
Kemudian setelah ada aktifitas pengeboman sebagai upaya untuk membuat terowongan sebagai trase kereta cepat, warga mengajukan protes. Kemudian beberapa waktu lalu sudah ada pertemuan antara warga dan pihak PT. CREC sebagai pelaksana. "Dari hasil pertemuan itu ada kesepakatan bahwa pengeboman harus dihentikan sebelum keluar izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), resiko dan dampak pengeboman," ungkapnya.
Dalam waktu dekat ini, kata dia, pihak desa akan mengadakan pertemuan lagi dengan PT CREC dan warga setempat untuk mengadakan rapat selanjutnya untuk membahas Amdal tersebut. "Kami akan menghadirkan orang-orang yang bisa memberi putusan, baik dari PT. CREC dan PT Dahana sebelum ada kesepakatan terkait peledakan karena sudah ada beberapa rumah warga yang retak," tandasnya.
Aktifitas pembangunan trase kereta cepat itu sangat meresahkan warga. Sebab, keselamatan mereka terancam. Getaran ledakan yang ditimbulkan dari aktifitas tersebut sudah meretakan rumah warga, padahal titiknya masih di awal yang berjarak sekitar 700 meter dari pemukiman. "Apalagi nanti kalau sudah mendekat. Mungkin daya ledaknya makin kerasa. Iya jelas warga takut," kata Ketua RW 13, Ahmad M Sutisna.