Limawaktu.id, Jakarta - Ketua Umum Jajaran Wartawan Indonesia (JWI), Ramadhan Djamil, mengecam pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi terkait dengan kiriman Kepala Babi kepada salah seorang wartawan Tempo.
Tak hanya itu, Ramadhan Djamil juga mendukung Media Tempo yang tengah berjuang mempertahankan independensi jurnalistik di tengah tekanan.
Menurut Djamil, dalam era digital yang semakin kompleks, peran pers sebagai “watchdog” demokrasi menjadi sangat vital. Djamil menekankan bahwa kebebasan pers merupakan fondasi penting dalam menciptakan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
“Kebebasan pers sangat penting dalam memastikan transparansi dan akuntabilitas di pemerintahan. Tanpa adanya kebebasan untuk menyampaikan berita dan informasi yang faktual, masyarakat akan kehilangan akses untuk mengetahui realitas yang terjadi di sekitarnya,” kata Djamil, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 24 Maret 2025.
Dia menjelaskan, praktik pembungkaman media, intimidasi terhadap jurnalis, dan ancaman hukum masih menjadi realitas pahit yang dihadapi insan pers Indonesia. Djamil mengingatkan bahwa setiap jurnalis memiliki kewajiban moral untuk menyajikan informasi akurat, berimbang, dan menjunjung tinggi integritas profesional.
“Kita tidak bisa menutup mata terhadap berbagai upaya pembungkaman suara kritis media. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk melindungi ruang demokrasi kita,” jelasnya.
Dikutip dari berbagai Media, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan teror berupa paket kepala babi yang dikirim ke kantor redaksi Tempo tidak perlu dibesarkan karena hal tersebut justru yang menjadi keinginan peneror.
Juru bicara Istana Kepresidenan itu juga menjelaskan maksud dari tanggapannya yang meminta wartawati Tempo, Fransisca Christy Rosyana, memasak kepala babi tersebut merupakan respons agar tujuan peneror penebar ketakutan kepada media dan masyarakat tidak tercapai.
"Saya menyempurnakan respons itu, ya, sekalian saja, kan? Kalau orang kirim (paket) itu sebagai teror, ternyata bahan makanan, dia dimasak sajalah. Peneror, kan, pasti stres kalau bahan kiriman dia dimasak. Kan, begitu," kata Hasan dalam keterangan tertulisnya kepada media di Jakarta, Sabtu (22/3/2025).