Sabtu, 6 April 2024 23:30

Dua Kali Gerhana di Kalender Sunda, Budayawan Ritual Tolak Bala

Penulis : Iman Nurdin
Budayawan dan tokoh agama Sunda melakukan ritual tolak bala atas fenomena dua kali gerhana di bulan kalender Sunda dan Islam, di Savoy Homann, Sabtu (6/4/2024).
Budayawan Ritual Tolak Bala [Iman]

Limawaktu.id -- Fenomena alam gerhana matahari dan gerhana dalam satu bulan pada kalender Sunda menandakan adanya bala atau malapetaka. Untuk itulah, sejumlah budayawan dan tokoh agama melakukan ritual Tolak Bala di Hotel Savoy Homann, Sabtu (6/4/2024).

Seperti diketahui, telah terjadi Gerhana Bulan Penumbra (GBP) pada 24-25 Maret 2024. Pada Senin, 8 April 2024, akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT). Dalam kalender Sunda atau Saka Sunda, dua gerhana ini terjadi di bulan yang sama. Begitu pun di bulan Islam, kejadian tersebut terjadi di bulan suci Ramadan 1445H.

Menurut Pengagas kegiatan sekaligus Pembina Bengkel Studi Budaya (Best Daya), Miranda H. Wihardja, dalam kalender Sunda kejadian alam GBP dan GMT terjadi di bulan yang sama. Persis dengan kalender Islam, gerhana ini terjadi di bulan Suci Ramadhan 1445 H.

"Kita mengikuti jejak para leluruh yang menyusun kalender Sunda. Fenomena gerhana di bulan yang sama ini akan menimbulkan malapetaka. Untuk itulah, perlu ritual tolak bala," kata Pembina Miranda.

Ritual tolak bala tersebut, kata Miranda, dengan melakukan refleksi kepada diri sendiri. Selain itu, dihadirkan simbol-simbol budaya seperti bubur merah dan putih, buah delima, beubeutian sebagai bentuk tanah air.

"Menurut kalender Sunda yang disusun oleh leluruh Sunda, gerhana bulan atau matahari akan mengakibatkan banyak penyakit dan orang mati. Inilah ritual tolak bala ini agar kita selamat," katanya.

Sementara itu, tokoh agama dan budayawan K.H. Thontowi D Musaddad, Lc. M.A, fenomena gerhana ini harus disikapi dengan cerdas. Tokoh agama yang akrab disebut kiyai Bendo ini, mengajak umat manusia semakin mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta.

"Ini sebuah isyarat, bagi kita untuk lebih mendekat diri kepada Allah, agar tidak musibah yang lebih besar," kata

Kiyai Bendo mengatakan, di dalam Islam ada ritual solat gerhana bentuk mengagungkan Allah, sekaligus penghambaan diri bahwa untuk mendekatkan diri kepadaNya.

"Sebagai pertanda alam sebagai bala (musibah), ada penolaknya. Bagi umat Islam, dengan solat gerhana. Ini juga sebagai upaya mendekatkan diri kepala Allah," ujarnya.

Menurut Kyiai Bendo, dari sudut pandang Islam di dalam Alquran bahwa Allah tidak akan mengazab suatu kaum selama ada Rasulullah ada di mereka. "Sedangkan setelah Rasulullah wafat, kehadiran solawat dan memohon ampun menjadi penolak bala," tegasnya.

Hadir dalam Seri Ritual Pengetahuan Cerdas Berbudaya tersebut tokoh budayawan Kang Acil Bimbo, Arsitek Sunda Roza Rahmadjasa Mintaredja, Abah Alam, Senator Jabar Eni Sumarni, dan tokoh agama K.H. Thontowi D Musaddad, Lc. M.A atau dikenal Kiyai Bendo.

Seri Ritual Pengetahuan Cerdas Berbudaya adalah yang merupakan kegiatan untuk memberikan edukasi dan gambaran tentang pentingnya sistem penanggalan kalender tradisional dalam peradaban manusia, serta mendapatkan masukan bagi penajaman dan penyempurnaan substansi nilai-nilai warisan leluhur di bumi Nusantara.

Baca Lainnya