Limawaktu.id - Muhammad Farid Akbar harus berjuang bertahap hidup. Anak berusia 13 tahun itu menderita penyakit tumor aneh di bagian paru-parunya. Seperti apa kondisinya sekarang? Tubuh anak kelas VI SDN Cipageran Mandiri 2 itu tergolek lemah di atas tempat tidur di rumah sederhana berkuruan 2 tumbak lebih. Sesekali suara rintih nafasnya terdengar sendu, seperti menahan sakit.
Ternyata,sejak September lalu putra dari pasangan Ade Jamaludin (33) dan Mulyati (31) itu didiagnosa dokter mengidap tumor. Kondisinya saat ini cukup memprihatinkan. Bobot tubuhnya turun dratis. Saat ditemui di kediamannya di Kampung Tegal Kawung RT 02/08 Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi, Minggu (10/11/2019), tepatnya saat Hari Pahlawan Nasional, kedua orang tua Farid menceritakan awal mula penyakit yang menggerogoti anaknya.
"Bulan Agustus itu batuk, kirain biasa aja tapi gak berhenti," tutur Mulyati. Setelah itu, ia dan suaminya membawa Farid ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat. Namun hasilnya nihil. Anak pertama dari dua bersaudara itu batuk terus menerus.
Setelah itu, Farid dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Daerah Umum (RSUD) Cibabat. Namun disarankan ke Poli Anak Paru. Mulyati pun meminta rujukan, namun hasilnya disarankan ke Rumah Sakit Mitra Kasih.
"Di sana di rongsen. 2 September itu baru ketahuan hasilnya, katanya tumor mendekati paru," ujarnya. Hasil rongsen dari dokter itu membuat Mulyati dan suaminya terkejut. Sebab, dulunya tidak pernah ada tanda-tanda anaknya akan terkena tumor. Bahkan, sama sekali tidak ada faktor keturunan dari keluarganya.
Sebab kondisinya semakin lemah, Farid dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Di sana, ia menjalan serangkaian tes, seperti tes darah, dahak dan sebagainya.
"Jadi harus rutin ke RSHS. Selasa besok ke sana lagi. Kita inginnya ada tindakan (operasi) biar cepet sembuh," ujarnya. Kini, kondisinya semakin mengkhawatirkan. Badannya semakin lemah, berat badannya pun semakin menurun. Awalnya, berat badan Farid mencapai 32 kilogram (kg), tapi sejak penyakit itu menyeranganya, bobotnya jauh menurun. Bahkan, sejak sebulan terakhir ia tak masuk sekolah.
"Terakhir itu 27 kg. Tapi sekarang kayanya turun lagi. Badannya tinggal tulang. Kalau gerak juga sakit. Gak napsu makan karena sakit telennya. Kadang minum juga keluar lagi," ungkap Mulyati. Ade Jamaludin, ayah Farid menambahkan, awalnya ia sempat kebingungan perihal biaya berobat anaknya. Sebab, penghasilannya sebagai buruh serabutan jelas tidak akan mencukupi seluruhnya. Selama ini, ia dan sang istrinya mengandalkan KIS.
"Saya sehari-hari hanya kuli bangunan. Kadang dapet Rp 80-100 ribu per hari," terang Ade. Sejak anaknya harus bolak-balik rumah sakit, konsentrasinya pekerjaannya juga terpecah. Sekarang, ia berharap anaknya segera sembuh dari penyakitnya. Sebab, ia tak kuasa melihat Farid setiap harinya tersiksa dengan penyakitnya itu. "Hampir setiap hari meringis kesakitan. Pengen segera dioperasi biar cepet sembuh," tandasnya.