Limawaktu.id – Ramadan dan jelang Idul Fitri menjadi momen tak akan terlewatkan bagi Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial (PMKS) kategori gelandangan dan pengemis untuk mengais rezeki.
Salah satu daearah yang selalu diserbu gelandangan dan pengemis alias gepeng adalah Kota Cimahi. Mereka mengisi jalanan protokol, seperti Jalan Jenderal Amir Machmud, Jalan Gatot Subroto hingga Jalan Gandawijaya.
Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) tak menyurutkan niat mereka. Bukan hanya mengemis, mereka juga membawa karung berwarna putih seolah-olah mencari nafkah dengan cara memulung padahal hanya menunggu belas kasihan orang lain.
Setelah diselusuri, ternyata mayoritas ‘Manusia Karung’ yang menggelandang di Kota Cimahi bukan merupakan warga asli, melainkan pendatang dari daerah lain.
Salah satunya Nengsih (37) warga Purwakarta. Ia mengaku sudah setahun memulung dan mengemis di Kota Cimahi. Dia berdalih terpaksa mengais rejeki dengan cara itu karena memiliki tanggungan 4 orang anak.
“Sementara suami saya belum lama ini meninggal dunia,” tuturnya, Minggu (17/5/2020).
Menjadi gepeng, ia tak sendirian. Nengsih juga membawa serta anak bungsunya yang masih balita saat memulung maupun mengemis. Anak itu terpaksa dibawa karena tidak ada yang mengurus di rumah.
"Saya juga khawatir anak sakit dibawa kerja begini, tapi sudah enggak ada yang ngurus. Bukan supaya dikasihani," cetusnya.
Kepala Satpol PP dan Damkar Kota Cimahi, Totong Solehudin mengungkapkan, berdasarkan hasil Pengumpulan Bahan Keterangan (Pulbaket), gelandangan dan gepeng murni datang ke Cimahi untuk mengemis meskipun ada juga yang memulung.
"Kemarin sudah dilakukan pulbaket gepeng itu. Kami jumpai ada 10 orang yang merupakan sekeluarga asal Cianjur. Mereka sengaja kesini untuk mengemis. Akhirnya kita data dulu sebelum ditertibkan," ujarnya.
Dari hasil pulbaket itu, total ada 20 orang lebih gepeng musiman yang datang ke Cimahi. Mereka sudah datang di Cimahi sejak sebelum Ramadhan, namun ada juga yang baru beberapa hari.
"Pulbaket awal ada sekitar 20 orang termasuk 10 orang asal Cianjur. Bermacam-macam, ada yang baru 3 hari ada yang sudah 3 minggu di sini. Gepeng paling jauh itu dari Surabaya, memang sengaja mencari peruntungan di Cimahi," jelasnya.
Pihaknya mengalami kendala jika harus melakukan penertiban gepeng yang kian hari kian banyak. Ditambah warga Cimahi dan sekitarnya yang tiba-tiba turun ke jalan lantaran terdampak Covid-19.
"Ada kendala mau dikemanakan karena Pemkot Cimahi belum punya rumah singgah. Ada rumah singgah di Bekasi, tapi kan tutup selama PSBB. Kalau kita tertibkan sekarang tanpa ada tempat menampung, bingung juga akhirnya," tegasnya.
Sebelum ditertibkan sambil menunggu kepastian adanya rumah singgah hasil koordinasi dengan Dinsos Jawa Barat, pihaknya mempersiapkan APD bagi personel untuk melakukan penertiban gepeng.
"SOP-nya tetap melakukan penertiban dengan APD dan pengecekan kesehatan, karena kita tidak tahu mereka OTG atau bukan," tandasnya.