Bandung - Sebanyak 18 alat penyebaran informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang diberinama Warning Receiver System New Generation (WRS New Generation) dipasang Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Jawa Barat di 18 kabupaten dan kota.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung
Tony Agus Wijaya mengatakan alat tersebut dipasang di kantor pemerintah daerah dan BPBD kota/kabupaten untuk menerima informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG.
"Kami sudah selesai memasang WRS New Generation, jadi nantinya alat tersebut dimanfaatkan oleh BPBD dengan cepat dan otomatis saat menerima informasi soal gempa dan tsunami. Sistem komunikasinya melalui satelit," ungkap Tony saat dihubungi, Selasa (16/6/2020).
Beberapa daerah yang sudah dipasang WRS New Generation di antaranya Sukabumi, Cianjur, Garut, Subang, Purwakarta, Banjar, Karawang, Indramayu, Tasikmalaya, Cirebon, Bogor, Bandung, Ciamis, Sumedang, Depok, Kabupaten Bandung Barat, Kuningan, kabupaten/kota lainnya.
Menurut Tony wilayah Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi gempa bumi dan tsunami dengan dua jenis sumber gempa, yaitu sumber gempa di daerah subduksi di Laut Selatan Pulau Jawa dan sumber gempa di darat dari sesar aktif.
"Berdasarkan kondisi tektonik yang kompleks ini, maka gempa dapat terjadi kapan saja dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman sehingga WRS New Generation ini akan menunjang serapan dan penyebarluasan informasi untuk ditindaklanjuti ke masyarakat," bebernya.
Hasil monitoring BMKG menunjukan selama periode 2008-2019, rata-rata dalam setahun terjadi gempa sebanyak 5.818 kali gempa signifikan dengan magnitudo di atas 5,0 sebanyak 347 kali dan 2 tahun sekali terjadi gempa berpotensi tsunami.
Sejak Tahun 2008 BMKG sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS. Mengingat peralatan WRS masih sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan kantor Lembaga/Kementerian terkait, maka pada tahun 2020 ini BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi.
"WRS new generation ini dapat menyajikan informasi dalam waktu kurang dari 3 menit bahkan bisa dalam waktu 2 menit setelah terjadi gempa bumi, Karena informasi ini bersifat realtime, meskipun parameternya bersifat sementara namun dapat digunakan oleh BPBD atau pemangku kebencanaan untuk segera mengambil respon cepat mitigasi kebencanaan," jelasnya.