Limawaktu.id - Dampak kemarau juga sudah terjadi di Baleendah, Kabupaten Bandung. 7 hektare lahan sawah mengalami kekeringan dan terancam mengalami gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengungkapkan luas sawah yang terkena dampak kekeringan parah akibat musim kemarau sebanyak 2 hektar. Jumlah tersebut terus bertambah menjadi 7 hektar di lokasi yang sama saat ini.
"Yang terkena parah 2 hektar di Baleendah, Kelurahan Margamekar, itu sudah langganan. Penyebabnya sumber air jauh. Sawah mengalami retak-retak," ujarnya didampingi Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian, Yayan Agustian, Rabu (26/6/2019).
Ia mengungkapkan, pihaknya melakukan antisipasi dengan membuat sumur pantek. Dengan harapan sawah yang ditanami padi tidak mengalami puso. Katanya, musim kemarau diperkirakan berlangsung dari April hingga September mendatang.
"Waktu di BMKG rapat di bulan Maret, kemarau akan terjadi April sampai September. Ternyata di Bandung sampai Mei masih ada hujan. Kota Bandung (dan sekitarnya) kemarau basah. Dibeberapa derah semisal Pantura sudah kemarau," katanya.
Dirinya menambahkan, saat ini dilaporkan jumlah sawah yang mengalami kekeringan parah menjadi 7 hektar. Sedangkan potensi sawah yang terancam kekeringan sebanyak 202 hektar. Beberapa alasan kekeringan yaitu sumber air yang susah dan keterlambatan masa tanam.
Dirinya mengatakan pihaknya menurunkan pompa air sebanyak 21 unit di lokasi sawah yang mengalami kekeringan. Kemudian melakukan perbaikan irigasi serta pola tanam yang diharapkan tidak terjadi tidak serentak.
Ia mengatakan, wilayah Baleendah, Ciparay dan Cikancung berpotensi mengalami kekeringan lebih cepat. Menurutnya, saat ini petani dan buruh tani rata-rata mengelola sawah seluas 0.5 hektar.
"Dampaknya ada tapi belum ada dampak kerugian. Apabila ada yang gagal panen kita berikan asuransi. Kalau petani masuk asuransi usaha tanam padi. Premi Rp 18 ribu perhektar untuk petani meski sebenarnya Rp 36 ribu. Kita subsidi. Klaim perhektar Rp 6 juta perhektar," pungkasnya.