Limawaktu.id, Kota Cimahi – Sejak resmi berdiri pada 21 Juni 2001, hampr selama 24 tahun Kota Cimahi berdiri, namun hinga kini Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cimahi belum memiliki Rumah Dinas. Hingga hari ini, Rumah Dinas Wali Kota dan Wakil Wali Kota masih mengontrak di rumah milik perseorangan.
“Sebagai pemimpin Cimahi saat ini saya ikut prihatin karena Pemkot Cimahi belum memiliki aset rumah Dinas yang ditinggali kepala daerah dan wakilnya ini. Saya juga hari ini masih mengontrak karena Kota Cimahi tidak memiliki rumah Dinas,” terang Pj Wali Kota Cimahi Kota Cimahi Dicky Saromi, saat Jumpa Pers di Aula Gedung B Pmekot Cimahi, Senin, 23 Desember 2024.
Dicky menargetkan di tahun 2025 orang nomor satu dan dua di Cimahi harus memiliki rumah dinas yang refresentatif.

"Tahun 2025 kami akan membangun rumah dinas untuk wali kota dan wakil wali kota, karena sudah 23 tahun nyewa (Ngontrak) terus," ucapnya .
Saat ini berdasarkan informasi yang dihimpun untuk rumah dinas Wali Kota (Plt) masih mengontrak di di Kompleks Cipta Mas Cimahi. Sementara rumah dinas Wali Kota Cimahi tidak ada. Sedangkan Pj Wali Kota Dicky Saromi dikabarkan menyewa rumah di kawasan Kota Baru Parahyangan.
Saat Wali Kota Cimahi dijabat H. Itoc Tochija dan Atty Suharti rumah dinas nya mengontrak di Komplek PPTM Jalan Pesantren. Sedangkan zaman Wali Kota Ajat M Priatna rumah pribadinya disewa oleh Pemkot Cimahi. Hal ini sempat diungkapkan oleh mantan Sekda Kota Cimahi Dikdik S Nugrahawan dalam persidangan Ajay M Priatna.
Dicky menjelaskan, selain menargetkan memmbangun rumah dinas wali kota dan wakil wali kota, Dicky juga menyampaikan keberhasilannya dalam mengendalikan inflasi. Saat ini, inflasi Cimahi berada pada angka 0,31%, jauh di bawah rata-rata nasional. Kemudian target Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di atas 5%.
Sementara itu, di Pulau Jawa Kota Cimahi dinobatkan jadi kota terbail kedua setelah Kota Semarang. Untuk urusan keterbukaan informasi publik, Cimahi jadi yang pertama di Jabar. Lalu Cimahi juga sudah memiliki Perda Rencana Tata Ruang Wilayah serta mampu meningkatkan PAD-nya menjadi Rp500 miliar.
“Awalnya PAD Cimahi hanya Rp400 Miliar sekarang sudah mampu meraup sekitar Rp500 Miliar,” katanya.
Keberasilan tersebut kata Dicky tidak terlepas daro kerja keras emua pihak melalui pendekatan sistemik. Dicky yang juga alumni Instutut Tekhonolgi Bandung (ITB) lebih mengedepankan strategi tehnokratik daripada populis karena bukan pejabat politis.
“Saya seorang tekhnokrat daripada populis karenanya tugas selalu berpatokan pada 3M. Yakni memudahkan, melancarkan, dan meningkatkan," paparnya.