Penulis: Ardi Yazdy, Aktifis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bandung
Pada beberapa kejadian, setan mengejek fir'aun dengan cara sedemikian rupa. Setan begitu 'geli' dengan sikap fir'aun yang menganggap dirinya sebagai tuhan.
Kepongahan fir'aun bagi setan tidak ada apa-apanya ketimbang pengetahuan yang dimiliki setan. Setan mengetahui bahwa Tuhan Yang Esa adalah Maha Segalanya, sebagaimana mereka juga tahu bahwa fir'aun terlalu kecil bila menganggap diri sebagai tuhan, hanya klaim semata. Setan merasa lucu melihat ketidaktahuan yang berbalut kecongkakan.
Suatu hari fir'aun meraih seikat anggur dan memakannya, tiba-tiba setan menjelma dalam rupa seorang laki-laki dan datang bergabung dengan fir'aun. Fir'aun berkata,
"Adakah yang bisa menyulap seikat anggur ini menjadi mutiara?"
"Aku!" Jawab setan.
Kemudian setan membaca satu nama dari asma Allah dan seikat anggur itu menjadi mutiara. Fir'aun sangat takjub atas kemampuan setan itu. Kemudian setan berkata,
"Dengan kemahiranku ini, orang-orang menolak menyembahku. Akan tetapi kedunguan dan kebodohanmu yang tercela, membuat mereka (masyarakat) menerima engkau sebagai tuhan." Kemudian setan menghilang seketika.
Masih di buku yang sama, di sebutkan juga bahwa suatu ketika setan mengetuk pintu rumah fir'aun.
"Siapa?" Tanya fir'aun.
"Dasar kamu! Mengaku tuhan tetapi tidak tahu siapa yang ada di belakang pintu!" Jawab setan.
Sebagaimana setan, mereka suka 'geli' melihat kecongkakan orang. Begitu juga saya. Karena boleh jadi kening saya sudah 'di kecup' berulangkali oleh setan, hingga saya menjadi sekutu dan bagian dari setan. Mudah menjustifikasi dan mengejek orang.