Penulis : Ardi Yazdy
Seseorang mengadu kepada Imam Ali Zainal Abidin (Imam Sajjad),
"Aku mudah tergoda sama perempuan. Aku berzina satu hari dan esoknya aku berpuasa. Bisakah yang ini (puasa) menebus yang ini (zina)?"

Imam Sajjad memegang tangannya, lalu berkata,
"Kamu lakukan amal ahli neraka dan kamu berharap masuk surga."
Itulah salah satu hadist (Bihar al-Anwar, 67: 286) yang dinukil Kang Jalal (KH. Jalaluddin Rakhmat) di dalam bukunya 'Jangan bakar taman Surgamu.'
Kita sering membaca kabar gembira tentang begitu mudah pengampunan-Nya, di saat yang sama kita juga mengharapkan pengampunan-Nya. Begitu manisnya pengampunan Dia hingga iblis yang paling terkutuk pun di akhirat kelak akan mengharapkan pengampunan-Nya. Begitu pula dengan kita yang tidak kalah terkutuknya dengan iblis, sama-sama mengharapkan ampunan dan kasih-sayang-Nya.
Bila hendak jujur, sebenarnya Mahapemurah Dia— seringkali kita jadikan alasan kuat untuk berbuat maksiat dan mendekati larangan-larangan-Nya. Kita mencintai dunia, merampas hak oranglain, mencuri, membenci, menggunjing, tidak amanah, memandang yang tidak layak, mengabaikan taklif-taklif agama, tidak menolong tetangga yang miskin, memamerkan kecerdasan, harta, dll, boleh jadi karena kita cenderung memandang pengampunan-Nya dengan harga yang sangat murah.
Sementara menurut kang Jalal, benar bahwa Allah Ta'ala itu adalah Mahapengampun, Mahapemurah, juga banyak hadist yang mengabarkan kepada kita bahwa bila kita melakukan ibadah ini dan itu maka dosa-dosa kita akan diampuni, tetapi menurut Kang Jalal, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pengampunan-Nya itu terus berlaku sepanjang zaman.
Apa syarat dan ketentuan menurut kang Jalal itu?
"Tidak melakukan dosa-dosa yang menghapuskan atau merusak amal-amal saleh."
Pertanyaannya, apakah ada perbuatan yang dapat menghancurkan amal ibadah kita?
Tentu ada, bahkan banyak.
Pada hal.39, Kang Jalal menukil hadist yang bisa kita renungkan.
Suatu hari, Rasulullah Saw berkhotbah,
"Siapa yang mengucapkan Subhanallah satu kali, Allah menanamkan buat dia satu pohon di surga."
Seorang sahabat dari Quraisy berdiri,
"Kalau begitu saya sudah banyak pohon di surga."
Nabi Saw menukas,
"Benar, tetapi hati-hati, jangan sampai kamu kirimkan api dan kamu membumi hanguskannya."
Agama yang di bawa Rasulullah Saw adalah suatu sistem yang mencakup segala aspek kehidupan sehari-hari. Siapa saja yang memandang sekaligus menerapkan sistem sempurna ini pada kehidupan sehari-harinya, kemungkinan besar dia dapat bersikap warak.
Hati manusia ibarat mutiara yang paling berharga. Semakin mengkilap, semakin tinggi nilainya. Kedudukan seseorang dapat di nilai dari seberapa jernih dan tunduk hatinya. Menurut Kang Jalal,
"Menggosok cermin hatimu lebih banyak akan memudahkan Cahaya Tuhan masuk ke dalam hatimu. Membersihkan karat-karat dosa dari kalbumu akan memantulkan kembali cahaya Ilahi ke segenap penjuru bumi. Menggosok hati dan membersihkan karat-karat dosa untuk menyerap cahaya adalah warak."
Di buku tersebut juga, kang Jalal menukil perkataan Imam Ali. Menurut Imam Ali,
"Warak adalah menjauhi dosa dan membersihkan diri dari apa pun yang haram."
Menurut Kang Jalal, menjauhi keburukan adalah stasiun awal dalam perjalanan menuju Allah. Ini selaras dengan apa yang dikatakan Imam Ali,
"Menjauhi keburukan harus di dahulukan dari melakukan kebaikan."
Di dalam buku '50 Dosa Besar Penghancur Amal, jilid ke-I, Dr. Dasteghib menukil dari kitab Uddat al-Dai, bahwa Imam Shadiq berkata,
"Demi Allah, mencegah diri dari satu dirham dari uang haram setara dengan tujuh puluh beribadah haji yang diterima."
Masih di buku yang sama dan menukil dari kitab yang sama, Imam Shadiq berkata kepada murid-muridnya,
"Berusaha keraslah untuk melakukan amal-amal baik. Akan tetapi, jika engkau tidak dapat melakukan suatu amal baik, (setidaknya) jangan melanggar perintah Allah. Karena jika seseorang meletakkan pondasi dari sebuah bangunan dan tidak menghancurkannya, maka sekalipun kemajuan bangunan itu lambat, bangunan itu pada akhirnya akan berdiri. Sebaliknya, apabila orang yang meletakkan pondasi dan pada saat yang sama menghancurkannya, maka yakinlah, dinding-dinding itu tidak akan pernah berdiri."
Sebenarnya masih banyak lagi kisah-kisah dan penjelasan menarik dalam buku kang Jalal tersebut. Buku tersebut, bagi saya merupakan hadiah terindah di akhir tahun 2017 dari kang Jalal untuk kita semua, agar kita senantiasa berupaya memperbaiki diri di tahun-tahun dan di hari-hari berikutnya. Mengganti hari-hari yang hilang dan membersihkan hati dari polusi-polusi keduniawian bukanlah perkara mudah. Tetapi juga bukan mustahil dapat ditunaikan dengan baik.
Menurut Kang Jalal,
"Hati dapat dibersihkan dengan menjauhi keburukan. Kedekatan dengan Tuhan hanya dapat dicapai dengan proses penyucian diri. (Tetapi) bagaimana mungkin langkah kamu ringan untuk mendekati Dia jika seabrek dosa?"
Rasulullah Saw bersabda,
"Siapa yang minum secangkir khamar, Allah tidak menerima shalatnya 40 hari."
"Barangsiapa yang makan sesuap makanan haram, tidak diterima shalatnya 40 hari dan ditolak doanya 40 hari juga."
Imam Ali berkata,
"Demi Allah, sekiranya kepadaku diberikan tujuh dunia dengan segala isinya di bawah langit agar aku menentang Allah dengan mengambil sebutir gandum dari mulut seekor semut, aku tidak akan melakukannya."
Imam Shadiq berkata,
"akhlak yang buruk merusak amal seperti cuka merusak madu."
Barangkali, masalah kita dari dahulu sampai sekarang bukan terletak pada soal berbuat kebaikan atau menunaikan kewajiban, akan tetapi (boleh jadi) lebih pada akhlak buruk kita dan kita tidak sungguh-sungguh dalam menjauhi larangan-Nya.
Kang Jalal menukil sebuah hadis,
"Pada kiamat nanti," Sabda Nabi Saw, "Berkaum-kaum datang dengan membawa kebaikan sebesar rangkaian gunung Tihamah. Tapi kebaikan itu semua diperintahkan untuk dibakar api. Allah menjadikan amalnya bagaikan debu yang berterbangan."
Orang bertanya,
"Ya Rasul Allah, apakah mereka melakukan shalat?"
Nabi Saw menjawab,
"Mereka melakukan shalat dan puasa serta mengambil sebagian malamnya untuk beribadat, tetapi apabila dari jauh terlihat sedikit saja keuntungan dunia, mereka melompat padanya dengan cepat!"
Barangkali itulah keadaan kita yang sesungguhnya. "Cinta dunia!" Kata Kang Jalal, "Jika melihat keuntungan dunia, walaupun samar-samar di hadapan, kita meloncat ke situ tanpa peduli halal dan haram."