Penulis: Rohman Suparman
Ketika seruling rumi mengalun.... semua jiwa merintih.
Semerbak bunga menebarkan asmara para pencinta.
Jiwa pun mendaki pilu, terpesona lambaian seruling yang menggoda.
Wahai ‘ Mata Hati ‘ terangi jiwa yang kosong ini...!”
“Perasaan ini kadang seperti air yang mengalir dari ketinggian bukit yang menjulang ke langit, menuju telaga yang terhampar di lembah yang curam namun teduh nan tenang.
Tapi kadang juga seperti daun yang menggantung di ranting yang kering terhempas angin kian kemari...Tuhan..!
Kokohkan hatiku ini, karena Engkaulah sandaranku...!”
“Wahai Sang pemahat jiwa...! ukirlah hatiku ini menjadi ‘istana cinta-Mu’ agar hati ini tak lagi duka.....
Ukirlah hatiku ini menjadi ‘Singgasana rindu-Mu’ agar hati ini tak lagi pilu”