Limawaktu.id - Beberapa waktu lalu, Kota Cimahi terpilih menjadi salah satu daerah yang mendapat penghargaan sebagai kota telinga sehat.
Namun, dibalik penghargaan itu, ternyata di Kota Cimahi masih terdapat kasus gangguan pendengaran telinga. Jumlahnya mencapai 100 kasus lebih.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, jumlah kasus gangguan pada telinga di Kota Cimahi mencapai 134. Itu terbagi ke dalam beberapa klasifikasi.
Di antaranya yang terkena otitis media supuratif Krinik atau congek sebanyak 56 kasus, serumen atau kotoran telingan ada 62 kasus, tuli akibat bising terus menerus mencapai 6 kasus, tuli kongenital atau tuli sejak lahir ada 4 kasus dan lain-lain ada 6 kasus.
Wali Kota Cimahi, Ajay Muhammad Priatna mengklaim, jumlah gangguan pada pendengaran di Kota Cimahi terbilang sedikit. Hal itulah yang menjadi salah satu indikator mengapa Cimahi mendapat penghargaan sebagai kota telinga sehat.
"Di Cimahi termasuk yang paling sedikit dalam hal kesehatannya terganggu di pendengaran," kata Ajay saat ditemui usai menghadiri acara baksos dalam rangka Bulan Kesehatan Telinga dan Hari Pendengaran Sedunia Tahun 2019 di Trisuletex, Jln. Mahar Martanegara, Jumat (15/3/2019).
Acara itu diselenggarakan oleh Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT) dalam rangka menuju 'Sound Hearing 2030.
Diakuinya, potensi terganggunya pendengaran di Indonesia, termasuk di Kota Cimahi cukup besar. Terlebih lagi, hampir setiap hari dihadapkan pada suara-suara bising, seperti mendengarkan suara lewat headset secara berlebihan dan suara mesin di pabrik.
Untuk itu, pihaknya terus mengajak masyarakat untuk memeriksakan telinganya sejak dini. Meskipun sejauh ini, kata Ajay masyarakat Kota Cimahi cukup sadar untuk memeriksakan alat pendengarannya.
"Kita kerja keras, bersama Dinas Kesehatan dengan beberapa rumah sakit untuk sosialisasi dengan masyarakat," ujarnya.
Tanda-tanda terganggunya alat pendengaran itu jika ada beberapa hal yang dirasakan. Seperti ketika mengeraskan volume audio, namun ada suara yang mendengung pada telinga. Kemudian, pendengaran mulai terputus-putus saat komunikasi serta meminta lawan bicara untuk mengulang pembicaraan.