Limawaktu.id - Jalan Raya Pos merupakan jalur yang membentang dari Anyer, Banten hingga Panarukan, Jawa Timur. Jalan sepanjang 1.000 kilometer itu dibuat hanya dalam waktu setahun (1807 - 1808) dibawah kekuasaan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Untuk membuat jalan yang disebut De Grote Posweg itu, banyak yang harus dikorbankan. Dari mulai keringat, darah hingga nyawa ribuan warga yang dipaksa bekera. Dengan kebenginsannya saat itu, Sastrawan Pramoedya Ananto Toer menyebut pembuatan Jalan Raya Pos ibarat genosida.
Saat itu, Hindia Belanda memang membutuhkan jalur untuk mempercepat mobilisasi pasukan untuk menghadapi gempuran militer armada laut Inggris, sebab pertahanan kolonial lemah di garis pantai.
"Daendels ingin memperkuat pertahanan hingga ke pedalaman, dia ingin pasukan yang bergerak cepat. Untuk menunjang itu harus ada jalan," ujar Ketua Komunitas Tjimahi Heritage Machmud Mubarok, Sabtu (9/11/2019).
Perang telah usai sebab Indonesia mendeklarasikan kemerdekannya tahun 1945.
Kini jalan yang melewati 5 provinsi dan 39 kabupaten/kota ini menyisakan sejarah. Jalannya kerap dilalui ribuan pengendara setiap harinya.
Wilayah yang dilewati Jalan Raya Pos biasanya menjadi pusat aktivitas warga, seperti kawasan Asia Afrika di Kota Bandung yang menjelma menjadi kawasan bisnis yang bergengsi. Sementara di Kota Cimahi jalan buatan Deandels itu berada tepat di depan Alun-alun Cimahi.
Namun, Jalan Raya Pos yang berada di Rajamandala - Haurwangi perlahan terlupakan. 'Sepenggal warisan Daendels' itu mulai jarang dilewati pascadibangunnya Jembatan Tol Rajamandala pada 1979 silam. Dulu, jalan penghubung utama dari Bandung menuju Cianjur hanya melewati Haurwangi. Jalannya berkelok, naik-turun dan diapit oleh tebing dan pesawahan di sisi kiri dan kananya.
Daendels membuat jembatan untuk menyebrang Sungai Citarum yang airnya berwarna kehijauan di musim kemarau di sini. Jembatan itu kini telah dirobohkan. Sebagai gantinya, pengelola PLTA Cirata membangun jembatan yang lebih mudah dilewati pada 1986. Kendati begitu, masih bisa melihat sisa reruntuhan yang dibangun Daendels.
"Kalau dulu di sini tuh ramai, hampir tiap tikungan ada yang jualan. Banyak warung-warung warga juga," ucap Jajang (60), warga sekitar. Hanya ada warga sekitar yang lalu lalang di penggalan Jalan Raya Pos yang terlupakan ini. "Paling yang menyengajakan diri saja yang ke sini, karena memang lebih jauh jaraknya," katanya.
Bagi pecinta sejarah, tempat ini bisa menjadi destinasi yang layak dikunjungi. Ambilah jalur ke Rajamandala Lama di simpang Cipatat. Jalannya cukup terawat dan suasanya masih asri terjaga.