Limawaktu.id,- Plt Wali Kota Cimahi Ngatiyana meminta kepada kader PKK, Posyandu dan Posbindu untuk ikut serta dalam menurunkan angka Stunting di Kota Cimahi.
“Saat Pandemi terjadi kenaikan angka stunting di Kota Cimahi yakni mencapai 10 persen, namun alhamdulillah sekarang kita sudah mulai turun walaupun sekitar 1% turunnya jadi kira-kira itu sekitar 9% stunting yang ada di Kota Cimahi tahun kemarin kan masih 10 persen,” ungkapnya, usai menghadiri Monev dan pembinaan kelembagaan tingkat Kelurahan Padasuka, Selasa (26/7/2022).
Menurutnya, harus dilakukan berbagai langkah untuk penurunan stunting, seluruh kader PKK, Posyandu, Posbindu turun tangan mengecek wilayah-wilayah mana yang terjadi anak-anak kita anak balita kita tentang taraf hidupnya bagaimana kedepan jangan sampai terjadi stunting.
“Perlu turun nya pengurus PKK, Posyandu, Posbindu, agar diseluruh kelurahan bersama-sama menurunkan stunting ini jangan sampai masa depan anak-anak kita nanti kurang baik akibat dari pada stunting oleh sebab itu semua harus turun, balita diperiksa diberikan vitamin dan sebagainya itulah salah satu dari usaha dari kita,” jelasnya.
Beberapa tahun belakangan ini, istilah stunting menjadi populer karena menjadi salah satu masalah gizi yang perlu penanggulangan serius. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) yang diakibatkan oleh dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Prevalensi stunting di indonesa adalah 37,2%. Sedangkan di Kota Cimahi, terdapat kenaikan angka stunting selama tiga tahun terakhir. Angka stunting pada balita tahun 2019 sebesar 9,06% naik menjadi 10.80% di bulan agustus tahun 2020, serta bulan februari tahun 2021, angka stunting di Kota Cimahi naik lagi menjadi 11,05%.
Stunting pada balita memberikan dampak yang kurang menguntungkan, antara lain mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, fungsi-fungsi tubuh tidak seimbang dan gangguan lain.
Pemerintah provinsi jawa barat telah mecanangkan program “zero stunting di tahun 2023”. Program tersebut diluncurkan untuk menekan angka stunting di provinsi jawa barat.
Penanganan tentang gizi dan kesehatan hanya berkontribusi 30 persen, adapun 70 persen penyebab stunting terkait sanitasi, pola pengasuhan, ketersediaan dan keamanan pangan, pendidikan, kemiskinan, dan situasi politik.