Limawaktu.id - Masa erupsi Gunung Tangkuban Parahu genap dua tahun pada Kamis (26/9/2019). Gunung yang terletak di perbatasan Bandung Barat-Subang itu erupsi pada 26 Juli 2019. Pada letusan pertama, tercatat melalui seismograf berdurasi 5 menit 30 detik dengan kolom abu 200 meter di atas puncak. Sisa erupsi berupa aktifitas tremor atau kegempaan masih terpantau sampat saat ini, sehingga kegiatan wisatanya ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan.
"Sejak 1,5 abad telah tercatat gunung ini beberapa kali meletus dengan letusan jenis freatik akibat akumulasi gas-gas yang berasal dari uap air," kata Budi Raharja, Pemangku Adat Tangkuban Parahu, di Lembang, Kamis (26/9/2019).
Meski demikian, Budi menerangkan, tidak ada satu pun manusia baik itu orang biasa maupun ilmuwan sekalipun yang bisa menghentikan geliat alam khususnya aktivitas vulkanik gunung merapi. "Peristiwa erupsi merupakan peristiwa kehendak sang pemilik alam semesta, pencipta alam, yakni Tuhan Yang Maha Esa," ujarnya.
Dengan begitu, tambah dia, dengan masih berpotensinya erupsi dan aktivitas vulkanik lainnya di Gunung Tangkuban Parahu, sebagai manusia hanya bisa bersabar dan ikhlas menerima apa yang sudah digariskan. "Tidak ada satu pun manusia yang bisa menghentikan. Kita harus sadar serta ikhlas menerima apa yang sudah ditakdirkan," jelasnya.
Apalagi selama ini, Gunung Tangkuban Parahu telah banyak memberikan kehidupan. Meski begitu, sambung dia, bukan berarti Gunung Tangkuban Parahu hanya milik pengelola, pedagang, wisatawan, Pemda, Pemprov, Pemerintahan Pusat, maupun masyarakat Cikole-Lembang, tapi menjadi milik seluruh masyarakat Jawa Barat. "Karena Gunung Tangkuban Parahu memiliki kedudukan sangat penting dan disakralkan dalam sistim budaya sunda," bebernya.
Mengingat masih berlangsungnya aktivitas vulkanik di Gunung Tangkuban Parahu, dia menyatakan, apresiasinya untuk PVMBG dan Kementerian ESDM yang telah bekerja keras memantau terus-menerus tanpa lelah demi kepentingan banyak orang dengan tidak mengambil risiko menurunkan status Level II (Waspada) ke Level I (Normal) karena situasi erupsi kawah yang fluktuatif. "Saya yakin pihak PVMBG tidak mau mengambil resiko, setelah peringatan dininya diabaikan oleh pihak pengelola sampai terjadinya erupsi tanggal 26 Juli tepat 2 bulan yang lalu dan hampir memakan korban," tukasnya.