Bandung Barat - Lahan pertanian seluas 182 hektare di
Desa Puteran, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) tercemar oleh limbah dari aktivitas pembangunan trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Limbah proyek tersebut diketahui berasal dari proyek di tunnel 6.3 yang mencemari aliran sungai Cileuleuy sampai ke lahan persawahan milik warga. Limbah tersebut berupa sisa olahan coran atau adukan semen yang tidak sempat difilter.
Ketua Gapoktan Desa Puteran, Ayi Jamaludin mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima dari para petani ada enam RW Desa Puteran yang mengeluhkan cairan limbah proyek masuk ke lahan pertanian.
"Yang tercemar sekitar 182 hektare. Kita belum tahu dampak buruk terhadap tanaman padinya, karena pada saat tercemar padi dalam kondisi sebentar lagi panen," ujar Ayi, Jumat (4/9/2020).
Para petani di Desa Puteran sehari-hari mengandalkan aliran sungai Cileuleuy untuk pengairan sawah. Akibat buruknya pengolahan limbah, sungai yang turut tercemar juga masuk ke lahan persawahan warga.
"Lahan pertanian yang tercemar limbah itu berada di lima kampung, Kampung Sukamulya, Sukamanah, Sukaresmi, Patrol dan Tegalmandor. Petani penggarapnya ada lebih dari 100 petani," paparnya.
Tak jarang, Ayi sering mendapat laporan bahwa sejumlah petani penggarap sawah sering mengeluhkan gatal-gatal. Terhadap lahan sawah, limbah proyek itu diduga mengandung semen hingga lahan pertanian mudah mengering.
"Airnya berwarna abu-abu kaya mengandung semen. Dampaknya, lahan kita cepat kering dan retak-retak. Mungkin karena ada semennya. Sekarang sih udah rada mending, setelah kemarin kita protes," kata Ayi.
Menurutnya, PT CREC sebagai subkontraktor dari PT KCIC siap bertanggung jawab atas keluhan para petani. Pihaknya menjanjikan bakal membentuk sistem pengairan atau irigasi lebih baik terutama untuk lahan pertanian warga yang tercemar.
"Kemarin kita sudah tatap muka dengan pihak PT CREC. Mereka janji mau membuatkan paralon memperbaiki pengolahan limbah. Kita lihat saja," tandasnya.