Jumat, 21 Februari 2020 18:59

Kesaksian Pemulung Sampah Saat Longsor TPAS Leuwigajah 15 Tahun Silam

Hari Peduli Sampah Nasional (HPDN).
Hari Peduli Sampah Nasional (HPDN). [Fery Bangkit]

Limawaktu.id- Kesaksian mengerikan masih diingat jelas oleh salah seorang pemulung bernama Wahyu (40) saat longsor sampah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Leuwigajah meratakan rumah warga dan menewaskan 157 orang.

Dua kampung, yakni Kampung Cillimus dan Kampung Pojok, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi luluh lantah saat peristiwa yang terjadi pada 21 Februari 2005 pukul 02.00 WIB itu.

Saat peristiwa 15 Tahun silam itu, usia Wahyu sekitar 25 tahun. Meski tak menyaksikan secara langsung sampah menimbun pemukiman dan nyawa, ia sangat merasakan duka yang mendalam mengingat ada 10 orang kerabat dekatnya yang menjadi korban.

Termasuk mendiang Ondo, yang tak lain adalah orang tua angkat Wahyu. 10 nyawa kerabat dekatnya itu ikut tertimbun berbagai macam jenis sampah kiriman warga Bandung Raya.

"Orang tua angkat saya ikut tertimbun, termasuk anak, cucu hingga cicitnya," ujar Wahyu saat ditemui di eks TPAS Leuwigajah, Jumat (21/2/2020).

Wahyu (40) saat menujukan Lokasi longsor sampah 15 tahun silam lalu

Ia menceritakan beberapa saat hingga setelah peristiwa malam kelabu itu terjadi. Minggu, 20 Februari 2005 pukul 15.00 WIB, Wahyu masih menjalankan aktifitasnya memungut sampah dari TPAS Leuwigajah.

Kemudian pukul 16.00 WIB turun hujan deras. Ia memilih menyudahi aktifitas memungut sampah dan memutuskan untuk bermain bola di lapangan Kampung Cilimus, yang saat ini sudah hijau dengan pohon pisan dang singkong.

"Pulang main bola saya teriak-teriak waktu itu longsor. Mungkin firasat yah. Saya pulang ke rumah, ternyata rumah saya banjir," ungkap Wahyu.

Kemudian, ia membersihkan rumahnya dari yang berbeda lokasi dengan rumah orang tua angkatnya. Hanya sesaat sebelum kejadian, ia mendapat pesan aneh dari orang tua angkatnya itu.

"Jang, tolong kasih tau anak saya di Cilimus, jangan ketiduran. Harus siaga mungkin. Ini kaya udah ada firasat lagi," terang Wahyu.

Malam sebelum kejadian, tutur Wahyu, sebenarnya ia sudah menyiapkan obor untuk melanjutkan rutinitasnya sebagai pemulung sampah. Namun, rasa lelah setelah membersihkan banjir di rumahnya itu membuatnya urung pergi ke TPAS Leuwigajah.

Kemudian Wahyu tertidur pulas. Pada 21 Februari 2005 pukul 02.00 WIB, ia terbangun dari tidurnya setelah mendengar teriak warga. "Longsor, longsor'," ucap Wahyu menirukan teriakan warga 15 tahun silam.

Kemudian ia keluar rumah dan menuju lokasi tragedi kelam itu. Kondisinya sudah gelap, dimana Kampung Cilimus dan Kampung Pojok sudah tertimbun sampah.

"Waktu itu kaya mimpi. Saya belum tau orang tua angkat saya selamat atau tidak. Pas paginya dicek, ternyata ketimbun," tuturnya.

Saat itu, yang selamat hanyalah istri dari alhmarhum Ondo, bapak angkatnya yang kebetulan saat kejadian tak berada di rumah. Namun karena mengalami trauma mendalam, beberapa hari kemudian istri dari bapak angkatnya juga ikut meninggal.

"Kalau orang tua angkat saya, termasuk anak cucucnya sudah ditemukan dan dikebumikan dengan laik," sebutnya.

Wahyu melanjutkan, sebetulnya sebelum peristiwa longsor besar itu, sampah dari TPAS Leuwigajah kerap mengalami longsor kecil. Bahkan, kata dia, telah menimbun kakak iparnya.

"Kakak ipar ketimbun sebelum longsor besar terjadi. Kayanya dari sering longsor itu jadi tanda-tanda akan ada kejadian besar," ucapnya.

Sebetulnya, Wahyu tak ingin mengingat lagi duka 15 tahun silam, dimana kerabatnya tewas tertimbun oleh sampah. Namun, memori itu dipastikan akan dikenangnya mengingat setiap tanggal 21 Februari itu sudah ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPDN).

Ia tak mempermasalahkannya, sebab dengan peringatan tersebut menjadi sebuah alarm bagi manusia untuk tidak bermain-main dengan sampah. Sebab, jika tidak dikelola dengan baik, bencana seperti 15 tahun silam bisa saja terjadi.

"Hal yang paling saya ingat dari kejadian itu, ya saya main bola tapi pulangnya enggak kaya biasanya. Ini saya sambil teriak-teriak longsor," tandasnya.

Baca Lainnya