Limawaktu.id - Sudah menjadi tradisi, mendekati Ramadhan, harga sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Paling mencolok tetap bawang putih jenis kating yang menembus Rp 50-55 ribu per kilogram.
Tingginya harga bawang putih itu sendiri sudah berlangsung sejak sebulan lalu. Seperti yang terjadi di sejumlah pasar tradisional di Kota Cimahi. Kenaikan awal disebut pedagang karena adanya kebijakan impor bawang putih.
Kini sepekan jelang Ramadhan, harganya pun cenderung malah semakin naik. Kondisi ini membuat pedagang tradisional di Kota Cimahi mengeluh, karena penjualannya sepi bahkan kurang laku. Sebab, pembeli lebih memilih mengurangi jumlah belanjanya.
Ketua Forum Paguyuban Pedagang Pasar Cimindi, Kota Cimahi Asep Rohendi menuturkan, sebulan lalu ia menjual harga bawang putih seharga Rp 20-30 ribu per kilogram. Namun dalam sebulan merangkak menjadi Rp 50-55 ribu per kilogram.
"Iya harga bawangnya merangkak naik terus. Dari Pasar Caringinnya aja saya ngambil udah Rp 42-45 ribu," terang Asep saat ditemui di Pasar Cimindi, Jalan Mahar Martanegara, Kota Cimahi, Selasa (30/4/2019).
Asep, yang juga pedagang sayuran di Pasar Cimindi mengatakan, kenaikan harga bawang putih itu sudah terjadi di Pasar Induk Caringin, Kota Bandung sehingga para pedagang eceran seperti dirinya pun terpaksa harus menaikan harga.
Imbasnya, kata dia, tingginya harga bawang putih itu jelas berdampak terhadap konsumen. Biasanya ia mampu menjual hingga 10 kilogram, tapi dalam beberapa hari terakhir turun drastis hanya 5 kilogram per hari.
"Omset menurun. Biasa yang beli sekilo, jadi seperempat, yang beli seperempat jadi se-ons," ujarnya.
Sementara untuk harga kebutuhan lainnya, lanjut Asep, masih cenderung stabil meski mulai ada sedikit kenaikan. Seperti harga daging ayam yang sudah mencapai Rp 35 ribu. "Kalau harga daging sapi masih stabil," tandasnya.
Untuk mengantisipasi tingginya harga berbagai kebutuhan pokok itu, Dinas Perdagangan Koperasi UMKM dan Perindustrian (Disdagkoperind) Kota Cimahi bakal terus melakukan pemantauan dan monitoring harga di lapangan, bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Cimahi.
"Kita masih tetap monitoring bekerja sama dengan UPT. Monitoring sembako itu seminggu dua kali," ujar Kepala Disdagkoperind Kota Cimahi, Adet Chandra Purnama.
Dikatakannya, pemantauan itu dilakukan untuk melihat fluktuasi harga. Khususnya jelang Ramadhan, yang memang biasanya kerap mengalami kenaikan. Namun, ia mengimbau pedagang agar tidak menaikan harga lebih dari 10 persen.
"Kalau untuk menjaga kestabilan (harga) sudah. Kita hanya memantau, dan mengimbau agar kenaikannya tidak lebih dari 10 persen," pungkasnya.