Bandung (limawaktu.id),- Masyarakat Kota Bekasi seyogyanya bangga, karena mendapat perhatian lebih dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Perhatian tersebut dibuktikan dengan dibangunnya sejumlah infrastruktur dan fasilitas umum, mulai dari penataan Alun-alun Kota Bekasi yang sudah diresmikan, serta revitalisasi Sungai Kalimalang yang tengah berjalan.
Ridwan Kamil mengatakan hal tersebut saat meresmikan penataan segmen I Sungai Kalimalang, di Kota Bekasi, Rabu (20/4). Sebelumnya, pada hari yang sama Gubernur Jawa Barat itupun meresmikan pembangunan Pasar Tradisional Harapan Jaya Kota Bekasi.
Pembangunan keduanya menggunakan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat. "Jadi banyak rasa cinta saya ke Kota Bekasi. Gubernur Jawa Barat sekarang sangat Sayang ke Kota Bekasi," ujarnya.
Dia menjelaskan, pada penataan Kalimalang ini pihaknya menyiapkan IV segmen yang pengerjaannya bekerjasama dengan pemerintah pusat. Khusus pada segmen I yang diresmikannya ini, semua kebutuhan biayanya berasal dari APBD Jawa Barat.
"Tahap I Kalimalang, sekarang bisa dinikmati, apalagi saat matahari teduh, di sore hari sampai malam, bulan puasa ini bisa digunakan ngabuburit. Nanti dilanjutkan tahap II, III, dan IV, seiring tol Becakayu beres," ujarnya.
Ini sangat penting agar tidak ada perombakan yang dilakukan terhadap revitalisasi Sungai Kalimalang terkait pembangunan tol tersebut. "Makanya nunggu dulu Becakayu beres, khawatir nanti rusak lagi," katanya.
Menurut dia, revitalisasi sungai seperti ini sangat penting sebagai wujud majunya peradaban manusia. Berkaca dari penataan kota di luar negeri, Kang Emil menilai keberadaan sungai harus memiliki nilai sosial.
"Yang membedakan penataan kota di negara maju, semua sungai yang melewati kota pasti ditata. Kalau kita masih menganggap sungai itu hanya tempat air mengalir," ujarnya.
Dengan revitalisasi ini, Emil berharap sungai memiliki fungsi sosial sehingga berdampak juga terhadap kondisinya. Jika penataan sungai dilakukan dengan baik, masyarakat bisa bersosialisasi meski hanya sekadar berkumpul dan berbincang.
"Di mana ada persentuhan sungai dengan kepadatan manusia, harus ada penataan. Ciri kota bahagia, orangnya sering nongkrong. Kalau warganya suka di rumah saja, kotanya dianggap enggak nyaman. Makanya perbanyak juga trotoar, pohon-pohon agar teduh," ujarnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Dikky Achmad Sidik menjelaskan, revitalisasi segmen I ini sudah dilakukan sejak 2019. Namun terkendala akibat pandemi virus korona.
"Dilanjutkan kembali 2021," katanya di tempat sama. Menurutnya, penataan segmen I ini dilakukan di sisi utara, seperti dengan membangun ruang terbuka publik di pelatarannya.
"Pembuatan plaza dan pagar pembatas Kalimalang," ucapnya. Sedangkan pada sisi selatan Sungai Kalimalang, dibangun ampitheater.
"Lalu dibuat akses pedestrian yang menghubungkan sisi selatan maupun utara," katanya. Meski begitu, dia mengakui terdapat pembangunan jembatan yang belum selesai pada tahap I ini.
"Sedang berjalan. Tapi secara fungsional, yang ada sekarang sudah berfungsi," kata dia. Keseluruhan, Dikky mengatakan ada empat segmen penataan Kalimalang, yang masing-masing segmennya memiliki tema tersendiri.
"Segmen I ini tema desainnya selebrasi. Nanti ada tema edukasi, sport. Lalu ada juga pemanfaatan lahan hijaunya," kata Dikky.
Sementara itu, terkait pembangunan Pasar Tradisional Harapan Jaya, Kang Emil menyebut ini sebagai bentuk keberpihakannya kepada ekonomi rakyat. Terlebih, sebagai negara yang menganut teori ekonomi Pancasila, menurutnya ekonomi rakyat seperti ini harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
"Yang kaya boleh tambah kaya, tapi yang miskin harus ikut terangkat. Sehingga mal boleh dibangun, tapi pasar tradisional juga harus ikut maju," katanya.
Pembangunan pasar tradisional ini, kata Kang Emil, 100% berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat. "Melalui bankeu, jadi tidak dibebankan kepada pedagang. Pedagang nanti hanya tinggal membayar kebersihan saja," imbuhnya.
Adapun jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk membangun 150 kios di Pasar Tradisional Harapan Jaya Kota Bekasi ini sebesar Rp15 miliar. "Dibangun sejak 2021. Kami berharap pasar jadi moderen, meski jenisnya tetap pasar tradisional. Selain karena bersih, nyaman, juga bisa menerapkan digitalisasi," tandasnya.