Kamis, 1 Februari 2024 16:47

Dongkrak Pendidikan, Rinalwan Buchari Gulirkan Program Pemberdayaan Umat Berkelanjutan

Penulis : Bubun Munawar
Caleg  DPRD Jawa Barat Daerah Dapil  Jawa Barat 1  Rinalwan Buchari (Kemeja putih) jadi Narasumber Talk Show Interaktif ‘Teras Demokrasi’ di Limawaktu Radio  Streaming, yang digagas Forum Silaturahmi Pimpinan Redaksi (Forsip), Rabu (31/1/2024) sore.
Caleg DPRD Jawa Barat Daerah Dapil Jawa Barat 1 Rinalwan Buchari (Kemeja putih) jadi Narasumber Talk Show Interaktif ‘Teras Demokrasi’ di Limawaktu Radio Streaming, yang digagas Forum Silaturahmi Pimpinan Redaksi (Forsip), Rabu (31/1/2024) sore. [Limawaktu.id]

 Limawaktu.id,  Cimahi – Mutu pendidikan di Jawa Barat yang masih perlu mendapatkan pembenahan diberbagai bidang, menjadi topik menarik yang dibahas Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPRD Jawa Barat Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat 1 Kota Bandung –Kota Cimahi, dalam Talk Show Interaktif ‘Teras Demokrasi’ di Limawaktu Radio  Streaming, yang digagas Forum Silaturahmi Pimpinan Redaksi (Forsip).

Menurut Rinalwan Buchari, Caleg DPRD Jawa Barat Partai Kebangkitan Bangsa, kondisi pendidikan kita masih perlu pembenahan diberbagai bidang agar menghasilkan mutu lulusan yang berdaya saing.

Menurut Rinalwan, tadinya dia  berharap dijadikannya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayan, dengan latar belakang praktisi informasi teknologi (IT)  pemerintah itu membuat bahan ajar secara online, dengan menciptakan bahan pengajaran setidaknya dimulai dari anak  SD kelas 4.

Dia mencontohkan, ketika belajar matematika,  mata pelajaran itu   dianimasikan, sehingga bisa lebih cepat dipahami oleh anak-anak. Selanjutnya dilakukan klasifikasi bagi anak yang intelektualnya tinggi, sedang dan kurang. Dengan memiliki bahan ajar yang bisa diakses secara online tersebut bisa mengurangi kendala soal fasilitas sekolah yang bagus atau tidak.

“Dengan bahan ajar tersebut maka guru tinggal memperhatikan para siswanya, jam guru mengajarpun jadi berkurang, “ ungkap Pendiri Universitas Nasional Pasim ini.

Untuk mendukung digitalisasi bahan ajar tersebut, negara harus hadir membiayai kebutuhan anak didik di Indonesia. Dengan adanya database yang lengkap bisa menghemat biaya sekaligus jadi bahan acuan dalam proses belajar mengajar.

“Para pengola pendidikan swasta juga ikut terbantu karena tidak perlu mahal membayar gaji guru,” terangnya.

Negara harus hadir dalam melakukan standarisasi pendidikan tersebut.

Dia menjelaskan, Kondiei pendidikan yang masih belum berjalan dengan baik terjadi karena adanya kesalahan dalam sistem, sehingga harus dilakukan sistem pendidikan yang bagus untuk meningkatkan prestasi an daya saing anak didik di Indonesia.

Untuk menghasilkan pendidikan yang baik, perlu dilakukan perubahan sistem, supaya tidak terjadi permasalahan saat Penerimaan Peserta Didik Baru dengan menerapkan zonasi. Terjadinya persoalan dalam penerimaan peserta didik baru terjadi karena sistemnya dibangun tidak jelas.

“Sistem harus dibangun dengan jelas, sehingga tidak akan terjadi kecurangan-kecurangan, “ paparnya.

Saat ditanya apa yang akan dilakukan ketiaka terpilih menjadi anggota DPRD Jawa Barat, Rinalwan mengatakan akan mencoba menyampaikan kepada pemerintah untuk dilakukan perubahan sistem.

Untuk tingkat provinsi yang mengelola SMA dan SMK harus dilakukan teronosan, karena di Indonesia lulusan SMK lagi kesulitan untuk menerima lulusan. Saat ini kecenderungannya adalah banyak perusahaan di Jepang atau Jerman yang menerima tenaga kerja, sehingga lulusan SMA/SMK bisa langsung saja diarahkan untuk melanjutkan pendidikannya ke Jepang, tapi dibiayai dulu oleh negara, sehingga setelah lulus dan bekerja beberapa tahun  bisa membuat mereka lebih sejahtera dan mampu mennghasilkan pendapatan hingga  ratusan juta rupiah.

Dia melanjutkan, pengalaman yang sudah dilakukannya sejak 2002 di lembaga pendidikan PASIM, Rinalwan membuat program yang namanya Pemberdayaan Umat Berkelanjutan, yaitu  dengan membantu anak-anak yang tidak mampu dicari dibeberapa daerah. Yang sudah dilakukan di Cianjur atau Sukabumi.

Di daerah tersebut bekerja sama dengan para guru untuk melakukan seleksi mana anak-anak yang pintar untuk mengikuti seleksi di Pasim.

“Setelah mereka lulus test dengan IPK minimal 3,25,  semua kebutuhannya kami bayar mulai dari uang saku, uang makan hingga asrama ketika di Bandung. Setelah mereka bekerja mereka harus menginfaqan 20 persen gajinya,  dari infaq mereka hasilnya bisa terkumpul antara Rp200 juta perbulan yang bisa digunakan untuk membiayai pendidikan adik-adiknya. Program tersebut sudah saya lakukan sejak tahun 2002, “ sebutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca Lainnya