Limawaktu.id - Untuk menekan ketergantungan warga Jabar terhadap gas LPG, Pemprov Jawa Barat meluncurkan program konversi kompor gas ke kompor listrik. Sebab, konversi memberikan keuntungan bagi masyarakat. Di samping lebih mudah diakses, kompor listrik juga diklaim lebih hemat 20 persen daripada kompor gas. Selain itu, kompor listrik juga lebih ramah lingkungan.
“Apabila (kompor) dari gas dikonversi kepada listrik, itu bisa hemat masyarakat 20 persen. Yang kedua, untuk mengurangi karbon yang dilepaskan oleh gas ke udara, sehingga kompor listrik ini ramah lingkungan,” kata Sekda Jabar Iwa karniwa, seperti dipublikasikan Humas Pemprov Jabar, Rabu (10/4).
Untuk menyukseskan program konversi ini, Pemprov Jabar fokus pada pemenuhan sambungan listrik ke seluruh pelosok Jabar hingga mencapai 100 persen, pemenuhan kebutuhan sambungan listrik ini tidak menggunakan APBD, melainkan melalui dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan.
Dia mengungkapkan sudah ada beberapa perusahaan yang bersedia membantu, sehingga Pemprov Jabar tinggal melengkapi data lokasi masyarakat yang belum terpasang listrik.
“Kami akan menuntaskan sisa-sisa masyarakat yang belum bisa menikmati listrik. Kami akan dorong, kami akan data. (Biaya instalasi listrik) Tidak mengunakan APBD tetapi menggunakan CSR yang memang mereka juga sudah siap,” kata Iwa.
Jabar adalah provinsi dengan pengguna LPG bersubisdi 3 kilogram terbesar di Indonesia. Alokasi tahun 2019 mencapai 1,3 juta ton LPG, atau mencapai total 20 persen dari kuota LPG secara nasional.
Di sisi lain Jabar merupakan daerah pelanggan rumah tangga pemakaian listrik dengan jumlah besar, yang mencapai lebih dari 12,9 juta rumah tangga pelanggan PLN. Sehingga memang ada potensi pengalihan konversi di Jabar.
"Apabila digunakan secara masif dan menyeluruh, potensi penurunan emisi karbon mencapai 5,48 gigaton CO2 ekuivalen per tahun, " pungkasnya.