Limawaktu.id, Jakarta – Kementerian dalam Negeri (Kemendagri) mewanti-wanti kepada 10 Provinsi di Indonesia yang realisasi pendapatannya masih terbilang rendah.
“Sejumlah daerah yang realisasi pendapatannya masih terbilang rendah seperti Papua, Papua Pegunungan, Papua Barat, Papua Barat Daya, Sulawesi Tenggara, Lampung, Papua Selatan, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Sulawesi Tengah,” sebut Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir, saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang berlangsung secara hybrid dari Gedung Sasana Bhakti Praja, Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Senin (19/8/2024).
Dia meminta pemerintah daerah (Pemda) memperhatikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Realisasi ini penting karena akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat.
Tomsi mengimbau Pemda agar memaksimalkan realiasi pendapatan maupun belanja daerah mengingat keduanya saling berkaitan. Menurutnya, realiasi pendapatan yang rendah akan berdampak terhadap belanja daerah. Karena itu, realisasi pendapatan maupun belanja tersebut perlu dijaga agar sesuai dengan target yang ditetapkan.
“Realisasi belanja ini mempengaruhi uang yang berputar, mempengaruhi perputaran ekonomi di provinsi, kabupaten, kota masing-masing,” jelas Tomsi.
Tomsi juga menilai di tingkat kabupaten, yakni Bolaang Mongondow, Raja Ampat, Buton Tengah, Barito Selatan, Kepulauan Tanimbar, Gowa, Tambrauw, Kepulauan Yapen, Kutai Timur, dan Ende. Sementara di tingkat kota, yaitu Balikpapan, Mojokerto, Sorong, Bontang, Pasuruan, Tanjungbalai, Cilegon, Makassar, Lubuk Linggau, dan Sabang realisai pendapatnnya masih rendah
Sedangkan 10 daerah dengan realisasi belanja terendah di tingkat provinsi, yaitu Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua. Kemudian di tingkat kabupaten, yakni Ende, Mahakam Ulu, Mappi, Mimika, Kepulauan Tanimbar, Kotabaru, Maybrat, Hulu Sungai Tengah, Tambrauw, dan Paser. Sementara di tingkat kota, yaitu Subulussalam, Sorong, Makassar, Samarinda, Balikpapan, Bontang, Batu, Pasuruan, Pagar Alam, dan Depok.
Dalam kesempatan itu, Tomsi juga menyoroti realisasi anggaran Pemda terkait pembiayaan Pilkada Serentak 20224. Berdasarkan data yang dikantonginya, masih ada daerah yang belum sepenuhnya merealisasikan hibah pembiayaan Pilkada.
Hal ini perlu menjadi perhatian Pemda mengingat pada 27 Agustus nanti bakal dibuka pendaftaran pasangan calon kepala daerah. Jangan sampai ketersediaan anggaran menjadi kendala pelaksanaan tahapan Pilkada.
“Coba perhatikan, ini sudah sangat dekat waktunya dengan pemilihan kepala daerah agar segera koordinasikan, dikomunikasikan, jangan sampai jadwal Pilkadanya ini terlambat, terhambat, karena tidak sesuai karena dananya yang belum tersalurkan,” tandasnya.