Limawaktu.id,- Berkurangnya lahan kolam budi daya ikan konsumsi di Kota Cimahi mengakibatkan banyak warga yang beralih profesi menjadi pembudidaya ikan hias, karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada ikan konsumsi.
Kepala Seksi Perikanan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Cimahi Ati Lisniawati menyebutkan, saat ini di Kota Cimahi terjadi alih fungsi lahan maupun kolam yang tadinya untuk Bertani atau memlihara ikan, kini berubah menjadi lahan perumahan atau hunian warga.
Dia menyebutkan, dari 12 hektar kolam yang ada di Kota Cimahi saat ini hanya tersisa 7 hektar saja, sehingga peternak ikan juga mengalami penurunan dan beralih profesi menjadi pembudidaya ikan hias, yang tidak banyak membutuhkan lahan maupun air.
“Budi daya ikan hias cukup dilakukan di akuarium dengan kebutuhan air yang bisa didaur ulang,” sebutnya.
Menurut Ati, selain karena lahan yang mulai berkurang, kondisi ketersediaan air di kota Cimahi juga sudah mulai mengalami penurunan, sehingga Cimahi yang berarti Airnya cukup sekarang banyak yang kekurangan air dibeberapa daerah.
Saat ini, kata Ati,sedikitnya ada sekitar 90 pembudidaya ikan hias di Kota Cimahi. Rata-rata mereka memelihara ikan hias jenis cupang maupun ikan afrika atau ikan-ikan kecil.
“Pembudidaya cupang maupun ikan afrika cukup banyak di Cimahi,’ katanya.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Kota Cimahi tengah mengembangkan budidaya ikan hias. Peminat ikan hias terus meningkat di kalangan masyarakat turut mendukung program tersebut.
"Kita sedang kembangkan budidaya ikan hias, seperti frontosa, dan koridoras. Kalau untuk ikan konsumsi, kita sedang budidayakan ikan nila dan lele," ujar Kepala UPTD BBIAT pada Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi Heri Herdiana.
Kedua jenis ikan hias ini banyak diminati masyarakat, terutama penghobi. "Selama ini banyak peminatnya dari kalangan anak-anak, pedagang, masyarakat komunitas, hobies, toko ikan, dan lain-lain," katanya.
Untuk pemasaran ikan hias dan ikan konsumsi ini menunggu pembeli datang ke BBIAT.
"Jadi kita tidak memasarkan ke luar, masyarakat yang tahu bahwa disini ada benih ikan. Hasil penjualan benih masuk ke PAD (Pendapatan Asli Daerah)," bebernya.
Diakui Heri, peminat ikan bukan hanya warga lokal saja, tapi juga banyak warga luar negeri yang menyukai ikan yang dibudiyakan oleh UPTD BBIAT, terutama ikan koridoras.
"Untuk ikan koridoras suka ada permintaan dari eksportir. Kita tidak langsung ekspor, tapi melalui eksportir," ungkapnya.