Sabtu, 22 Mei 2021 13:17

Mengenal Sistem Pendingin Cairan untuk PC dan Plus-Minusnya

Penulis : Lizikri Damar Tanjung Novela Andelin
Sistem pendingin cairan (liquid cooling system) dalam sebuah CPU komputer.
Sistem pendingin cairan (liquid cooling system) dalam sebuah CPU komputer. [Shutterstock]

Limawaktu.id – Saat komputer PC digunakan, komponen-komponen di dalamnya akan menghasilkan panas. Semakin berat kinerjanya, komponen-komponen itu akan semakin cepat panas dan lebih besar suhunya. Untuk menjaga agar tidak terjadi overheat atau kelebihan panas, setiap PC wajib dibekali dengan sistem pendingin (cooling system).

Melansir How to Geek pada Sabtu (22/5/2021), ada dua macam sistem pendingin PC yang ada saat ini yakni pendingin udara dan pendingin cair atau likuid. Sistem pendingin udara yang memanfaatkan kipas (fan) adalah yang paling banyak digunakan di setiap PC maupun laptop, karena harganya lebih terjangkau. Namun, sistem pendingin cairan digadang-gadang mampu mendinginkan seluruh sistem PC dengan lebih efektif dan maksimal.

Dalam sistem pendingin cairan all-in-one (AIO), ada dua bagian utama yang bekerja mendinginkan PC. Pertama, radiator tempat cairan bersirkulasi, menyalurkan cairan panas dari CPU untuk kemudian didinginkan dengan kipas. Kedua, ada blok air yang biasanya memiliki pompa untuk mengalirkan cairan ke dalam sistem pendingin melalui selang. Blok air ini terpasang di bagian atas CPU beralaskan lempengan yang membatasi antara CPU dan bagian pendingin.

Secara umum, pendingin cairan bekerja lebih baik daripada pendingin udara, meskipun ada beberapa merek pendingin udara yang mampu bersaing dengan pendingin cairan kelas terjangkau. Pendingin cairan memiliki mekanisme kerja yang lebih baik daripada gabungan kipas dan heatsink.

Dalam pendingin udara, panas diserap oleh lempengan besi, kemudian mengalir ke heatsink di mana kipas akan mendorong udara panas keluar dari CPU. Adapun pendingin cairan menyerap panas ke dalam cairan, yang tentunya memiliki kemampuan mengalirkan panas yang lebih baik daripada udara. Cairan panas itu kemudian dialirkan dari CPU menuju radiator di mana suhu panas akan dikeluarkan.

Sistem pendingin cairan lebih cocok digunakan untuk PC yang CPU-nya sudah dioverclock, karena panas yang dihasilkan juga lebih besar daripada CPU non-overclock. Namun, ada beberapa pertimbangan yang membuat pengguna dapat memilih sistem pendingin cairan ini untuk CPU non-overclock.

Pendingin cairan dapat menjaga suhu CPU tetap dingin sepanjang waktu. Jika suhunya tetap terjaga, kinerja prosesor pun akan terus optimal dan memberikan performa terbaiknya. Selain itu, pendingin cairan bekerja lebih senyap dibandingkan pendingin udara yang menimbulkan bunyi dari putaran kipas. Jika PC digunakan untuk gaming atau editing video, pendingin cairan adalah pilihan yang bagus.

Bila ingin memasang pendingin cairan, pastikan terlebih dulu bahwa casing CPU bisa muat untuk dimasuki radiator dengan dua kipas berukuran 120mm atau 140mm. Selain itu, siapkan pula budget yang lebih besar, karena pendingin cairan biasanya dibanderol sekitar dua kali lipat lebih mahal daripada pendingin udara.

Menurut How to Geek, pendingin cairan berukuran 240mm dibanderol di kisaran 100 dolar AS atau sekitar Rp 1,4 juta, sedangkan pendingin udara yang banyak digunakan berharga sekitar 30 sampai 50 dolar AS atau setara Rp 430 ribu sampai Rp 720 ribu.

Perlu dicatat pula bahwa pendingin cairan justru lebih “rapuh” dibandingkan pendingin udara, yang memiliki lebih sedikit komponen bergerak dan lebih mudah untuk dibongkar-pasang. Adapun untuk pendingin cairan, jika pompa dan kipasnya rusak, maka pengguna harus mengganti dengan unit pendingin yang baru. Selain itu, ada pula kemungkinan terjadinya kebocoran cairan, meskipun hal itu jarang sekali terjadi.

Baca Lainnya