Senin, 2 April 2018 15:53

Layla dan Majnun, Kisah Cinta Sejati

Illustrasi
Illustrasi [Limawaktu]

Penulis: Dewi Karbala

“Malam penuh CInta bersama Layla adalah siang,

Hari-hari berlalu begitu cepat kala bersamanya
Bersama Layla,

penjara adalah surga Firdausku.

Begitupula Api adalah cahaya bagiku”
(Kumandang syair Qais kepada Layla)

Adalah Kisah cinta anak manusia yaitu Qais dan Layla atau lebih populer di khalayak dengan judul “Layla dan Majnun”. Sebuah maha karya sastra yang sebenarnya jauh lebih tua dari kisah Romeo dan Juliet (William Shakepear, 1616 M).

Kisah Layla dan Majnun ditulis oleh Syaikh Nizami Fanjavi (Sufi asal Persia 1188 M) yang terkenal diseluruh dunia sebagai kisah keabadian cinta yang menginspirasi anak manusia tentang pemaknaan akan sejatinya cinta.

Sosok Qais dicintai oleh semua orang kecerdasan, berfikir secara rasional dan mempunyai kemampuan fisik istimewa. Ia punya bakat luar biasa dalam mempelajari seni berperang,  memainkan musik dan menggubah syair.

Singkat cerita, pada waktu ia melaksanakan pendidikannya, Qais bertemu dengan gadis yang sangat menarik, anggun perangainya dan hitam matanya. Dia bernama Layla ”Malam”, karena hitamnya mata dia laksana pekatnya sebuah malam.

Disitu Qais sangat mengagumi Layla sampai akhirnya ia pun jatuh cinta, cinta qais pun terbalas, mereka sering memadu kasih dan menyelami percikan cinta dengan jalan berdua. Ketika keluarga Layla (yang termasuk juga keluarga terhormat) mengetahui hubungan mereka dalam memadu kasih dan menganggap tidak pantas melihat mesranya hubungan Layla dan Qais, karena keluar dari tradisi yang ada, akhirnya mereka pun melarang Layla untuk pergi ke sekolah, mereka tak sanggup lagi menahan beban malu dan menurunkan kehormatan keluarga pada masyarakat sekitar.

Ketika Layla sudah tidak ada lagi di tempatnya belajar, Qais menjadi sangat gelisah dan sedih sehingga ia meninggalkan sekolah dan menyelusuri jalan-jalan untuk mencari kekasihnya dengan tidak bosan memanggil-manggil namanya.

Ia menggubah syair untuknya dan membacakannya di jalan-jalan. Yang keluar dari mulut ia tidak lain adalah Layla, layla dan Layla.

Tingkahnya yang aneh karena kerinduan yang sangat terhadap Layla membuat Qais dianggap gila oleh masyarakat di sekitarnya, sehingga ia dijuluki dengan Majnun”Gila”.

Gila terhadap sang kekasih Layla, popularitas kegilaannya akhirnya melebihi popularitas namanya sendiri, sehingga jika disebut namanya atau nama ayahnya tidak banyak orang yang tahu, tetapi jika disebut si Gila itu telah berkata sesuatu, maka barulah khalayak mengerti siapa yang dimaksud (Qais).

Dalam buku Tokoh-Tokoh Gila Yang Paling Waras karya Abul Qasim An-Naisaburi, diceritakan oleh Ibnu Kalabi:

suatu hari Majnun (Qais) mendatangi kampung Layla, kemudian dia ketemu perempuan yang dekat dengan Layla, selanjutnya Majnun mengadukan apa yang dialaminya, lalu perempuan itu berjanji akan mempertemukan Majnun dengan Layla.

Akhirnya janji itu terlaksana dan keduanya bertemu....di depan pujaan nya sosok qois menggubah syair bgtu indah nya ttg makna kerinduan dan pertemuan

Majnun pernah ditanya: Apakah engkau mencintai Layla? dia menjawab “Tidak” , mengapa demikian?, dia menjawab: “karena cinta disebabkan oleh pandangan mata dan sungguh karena penyebab itu telah tiada, maka Aku adalah Layla dan Layla adalah Aku”.

Dalam sebuah kesempatan Majnun menemukan sebuah tempat di puncak bukit dekat desa Layla dan ia membangun sebuah gubuk untuk dirinya yang menghadap rumah Layla.

Sepanjang hari Majnun duduk-duduk di depan gubuknya, disamping sungai kecil berkelok yang mengalir ke bawah menuju desa itu. Ia berbicara kepada air, menghanyutkan dedaunan bunga liar, dan Majnun merasa yakin bahwa sungai itu akan menyampaikan pesan cintanya kepada Layla. Ia menyapa burung-burung dan meminta mereka untuk terbang kepada Layla serta memberitahunya bahwa ia ada di dekatnya. Ia selalu menghirup angin dari barat yang melewati desa Laila dengan penuh perasaan yang mendalam.

Diceritakan juga pada waktu ada seekor anjing tersesat yang berasal dari desa Layla, ia pun memberinya makan dan merawatnya, mencintainya seolah-olah anjing suci, menghormatinya dan menjaganya sampai tiba saatnya anjing itu pergi.

Majnun menganggap segala sesuatu yang berasal dari tempat kekasihnya maka ketika ia mengasihi dan menyayanginya, secara otomatis sama seperti ia mengasihi kekasihnya sendiri yaitu Layla.

Diceritakan, Al-Ashmu’i: ”aku diberitahu bahwa kerabat Qais yang gila itu berkata kepada ayahnya, “carikan seorang dokter, barangkali dia bisa mengetahui penyakit Qais.” Kemudian dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter mengalami kesulitan sehingga menyerah dan meninggalkannya, akhirnya Qais pun bersyair:

“Ingat wahai dokter, engkau pengobat badan!

Kasihanilah badan yang ditinggal kekasihnya,

Hanya cinta Layla obat hatiku yang merana,

aku penuhi panggilanmu wahai penyeru,

kau panggil aku dengan lemparan batu,

niscaya kupenuhi panggilanmu,

Jiwaku takkan meninggalkanmu lantaran penghinaanmu,

Tetapi hanya inilah yang badan mampu menanggungnya.”

Ketika kabar tentang kematian Layla menyebar ke segala penjuru negeri, tak lama kemudian, berita kematian Layla-pun terdengar oleh Majnun.

Mendengar kabar itu, ia pun jatuh pingsan di tengah-tengah gurun sahara dan tetap tak sadarkan diri selama beberapa hari.

Ketika kembali sadar dan siuman, ia segera pergi menuju desa Layla. Nyaris tidak sanggup berjalan lagi, ia menyeret tubuhnya di atas tanah.

Majnun bergerak terus tanpa henti hingga tiba di kuburan Layla. Ia berkabung di kuburannya selama beberapa hari. Ketika tidak ditemukan cara lain untuk meringankan beban penderitaannya, pelahan-lahan ia meletakkan kepalanya di kuburan Layla kekasihnya dan akhirnya Majnun pun meninggal dunia dengan tenang di atas pusaran Layla yang kemudian Ia pun ahirnya dikubur disamping makam Layla..

Baca Lainnya