Kamis, 23 September 2021 6:28

Adzan Terakhir Bilal, Seluruh Warga Madinah Menangis

Penulis : Iman Nurdin
Adzan Terakhir Bilal
Adzan Terakhir Bilal [Istimewa]

SETELAH Rasulullah wafat, sahabat Bilal bin Rabah memilih hijrah Syam, Suriah. Beliau tidak kuasa menahan sedih jika terus menerus di Madinah, karena kehilangan kekasihnya, Rasulullah shallallahu alaihiwasallam. 

Namun, pada suatu malam, Nabi Muhammad hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal  jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” 

Saat itupun, Bilal terperanjat bangun. Keesokan harinya, dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi. 

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Muhammad, sang kekasihnya. Dirinya berziarah ke makam Nabi, memenuhi panggilan sang Nabi yang datang dalam mimpinya. 

Tak lama, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Rasulullah SAW, Hasan RA dan Husein RA yang bergembira kedatangan sahabat Nabi. . Debgan mata berlinang air, Bilal memeluk cucu Nabi. 

Melihat Bilal berada di Madinah, Keduanya meminta agar dia bersedia untuk mengumandangkan adzan. Permintaan itu untuk mengenang dan rindu kepada kakeknya itu. 

“Maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.” 

Ketika itu, Khalifah Umar bin Khattab yang yang menyaksikan pemandangan mengharukan itu pun meminta Bilal mengumandangkan adzan 

Bilal berusaha menolak. Dia beralasan dia hanya adzan saat Nabi masih ada. Namun bujukan Sang cucu Nabi, rasa enggan itu luluh. 

 Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Muhammad masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. 

Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang tak asing saat Nabi masih ada. 

Tatkala Bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. .

Hari itu, madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Rhodiallahuanhu. 

Baca Lainnya