Senin, 26 April 2021 0:17

Pawon Riki Bertahan di Masa Pandemi

Penulis : Lizikri Damar Tanjung Novela Andelin

Limawaktu.id – Siapa yang tidak gemar makan keripik? Makanan ringan yang tipis, renyah dan garing ini digemari oleh semua umur dan menjadi salah satu pilihan cemilan di waktu santai maupun saat bekerja. Bahkan banyak yang hobi makan keripik dengan berbagai rasa seperti asin, pedas, dan tanpa rasa (plain).

Nah jika Anda penggemar keripik rasa pedas, sentra keripik Pawon Riki di Kota Cimahi wajib dikunjungi. Di sini dijual keripik singkong pedas yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Cimahi bahkan hingga ke luar daerah. Pernah mendengar brand Keripik Riki (Ari dan Rizki)? Keripik ini adalah salah satu produk dari sentra tersebut. 

Terletak di Jalan Pademangan No. 72, Pojok Tengah, Cimahi, Pawon Riki memproduksi dan menjual beragam cemilan kiloan seperti keripik, bakso goreng (basreng), slondok, kerupuk kulit, sukro, makaroni, dan masih banyak lagi. Rasa yang ditawarkan pun tidak sebatas pedas saja, tetapi beragam mulai dari rasa jeruk, kari, pedas manis, dan keju.

Produk unggulan dari sentra ini adalah keripik pedas Riki. Berdasarkan pantauan Limawaktu.id, kebanyakan para pelanggan membeli keripik tersebut dalam beragam ukuran berat. Salah satunya adalah Jimmy yang membeli keripik dan basreng pedas masing-masing sebanyak 250 gram.


“Yang paling saya suka keripik Riki sama basrengnya, memang rasanya lebih enak dari yang lain,” katanya saat diwawancarai di lokasi, Minggu (25/4/2021).

Pria yang bekerja di perusahaan swasta ini menambahkan, dirinya membeli produk Riki setidaknya sebulan sekali. Ditambah, kakak dan adiknya di rumah sangat menyukai cemilan tersebut.

“Harganya tadi seperempat itu Rp 7000 (keripik, red), kalau basrengnya 250 gram itu harganya Rp 10 ribu,” tambahnya.

Selain karena rasanya yang disukai konsumen, popularitas Keripik Riki juga diraih berkat sepak terjangnya yang sudah cukup lama. Pemilik Pawon Riki H. Yayat Hidayat mengatakan, produknya ini sudah eksis sejak 15 tahun lalu, tepatnya sejak 2006 silam. Semuanya dimulai saat ia hengkang dari aktivitas berdagang di Pasar Antri lama lantaran tidak mampu membeli jongko atau lapak di Pasar Antri baru.

“Karena Bapak sudah biasa usaha bikin makanan kue basah dan kue kering, waktu itu sudah ada yang jual keripik, nah Bapak mengikuti tapi agak dirubah (dibedakan, red),” katanya saat dijumpai di kesempatan yang sama.

Tak lama, Yayat pun memulai bisnis keripiknya bersama segenap anggota keluarganya. Bulan demi bulan, bisnisnya berkembang hingga akhirnya pada 2008 ia berhasil mendirikan pabrik untuk memfasilitasi proses produksinya.

“Dulu kita manfaatkan sedikit lahan di samping rumah,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan Limawaktu.id, pabrik Keripik Riki menempati bangunan yang memanjang ke belakang. Di ruangan pertama yang cukup luas merupakan tempat penyimpanan bahan baku singkong di mana beberapa karyawan mengupas kulit singkong dan mengirisnya dengan mesin. Di ruangan berikutnya, singkong-singkong yang telah diiris digoreng di sebuah penggorengan besar dengan minyak panas. Kemudian terdapat ruangan besar tempat penyimpanan keripik yang telah matang, siap untuk dibumbui. Terakhir, terdapat ruang pengemasan keripik dalam berbagai ukuran sebelum diedarkan.

“Waktu belum ada pabrik, pengemasannya dilakukan di rumah masing-masing,” ungkap Yayat.

Ketika wabah COVID-19 pertama kali melanda, ia mengungkap Keripik Riki sempat mengalami penurunan omzet karena kebijakan terkait membuat penjualan dibatasi. Namun, itu tidak berlangsung lama. Seiring berjalannya waktu, omzet pun kembali pulih. Hal ini terbantu dengan variasi produk yang merambah ke luar keripik singkong dan peran reseller yang memesan produk melalui dirinya untuk dijual kembali di wilayah masing-masing.

“Bapak belum menyiapkan buat penjualan online karena kasihan sama mereka (reseller, red) nanti,” ungkapnya.

Lebih lanjut lagi, Yayat mengaku belum ingin membuka cabang di kota lain karena belum menemukan pihak yang dapat dipercaya untuk mengelolanya. Meskipun demikian, Yayat yakin Keripik Riki akan tetap bisa bertahan meskipun persaingan cukup ketat. Menurutnya, rejeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

“Jangan takut soal rejeki karena bukan kita yang ngatur, walaupun jualan sama, harga beda, ya tetep aja (rejeki sudah diatur, red),” pungkasnya.

Baca Lainnya