Penulis : Arlan Sidha, S.Ip., M.A. Pengamat Politik UNJANI dan Peneliti PSPK UNPAD
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai besar dengan jumlah kursi terbanyak di Jawa Barat, bisa saja terjadi banyak kemungkinan salah satunya menerima pinangan Ridwan Kamil (RK) untukk maju di Jabar, setelah RK datang ke kantor PDIP.
RK ingin membangun komunikasi dengan PDIP, namun jika benar benar PDIP meminang RK maka jelas PDIP akan melakukan bargaining untuk wakilnya. Diketahui dari media memang banyak sekali spekulasi yang muncul sebagai calon pendamping RK, diantaranya Tb. Hasanuddin (Ketua DPD PDIP Jabar), Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari (Putri Guntur Soekarno Putra), Abdy Yuhana (Sekretaris DPD PDIP Jabar), Iwa Karniwa (Sekda Provinsi Jabar) dan Anton Charliyan (mantan Kapolda Jabar).
Para politisi tersebut layak diperhitungkan oleh PDIP, intinya memang di Jawa Barat harus berhati hati mengambil langkah atau sikap politik apalagi terkait Pilkada. RK yang memiliki elektabilitas tinggi perlu wakil yang paling tidak bisa menpertahankan elektabilitasnya. Perlu wakil dengan sosok yang religius karena bagaimanapun Jawa Barat sangat kuat basis religiusnya terutama di wilayah Selatan untuk dijadikan lumbung suara.
Kekhawatiran dimainkannya isu SARA bisa jadi pola Pilgub Jakarta digunakan di Jabar, desas desus partai pengusung penista agama bisa saja dihembuskan ke partai yang dulu di Jakarta mengusung Ahok dan sekarang mengusung salah satu calon di Jabar. Pukul rata dimanapun partai tersebut adalah penista agama.
ini sangat berbahaya karena Pilkada Jabar dan DKI Jakarta sama sekali tidak berkorelasi. Masyarakat sudah bisa menilai mana yang Jabar mana yang DKI. Jangan sampai Jabar menjadi seperti DKI, kuncinya adalah melawan hoax dan tidak menyebarkan kebencian.
Selain figur religius bisa saja seandainya PDIP jadi mengusung RK, figur birokratis seperti Iwa Karniwa perlu diperhitungkan untnk menjadi pendamping, selain penguasaan birokrasi, Iwa mudah dikenal didaerah.