lagu berbahasa sunda ini benar-benar dahsyat. Setiap diksi dalam liriknya memiliki makna mendalam. Jika diuraikan, bisa melahirkan beberapa tulisan yang mencerahkan.
Bahasanya puitis. Murwakanti. Alunan nadanya sangat menyentuh hati, menyejukkan, mengharukan jiwa, dan membuat banjir mata.
Lagu ini ciptaan Ki Sunda Dedi Mulyadi, yang terinspirasi dari perjalanan hidupnya, karena kecintaan dan kekaguman kepada ibundanya yang luar biasa. Lagu ini merupakan refleksi, penghayatan, pemaknaan hidup dan pengamalan kepemimpinannya selama belasan tahun menyayangi rakyat yang dipimpin atau ditemuinya.
Berkali-kali saya mendengar lagu ini. Apalagi saat-saat ini, hampir tiap malam Kang Dedi berkeliling tanpa lelah ke berbagai kampung, lembur, sudut kota, dan lainnya dalam agenda Safari Budaya. Lagu ini selalu mengalun, menyapa, mengundang dan mengajak pendengar dan hadirin untuk mensyukuri nikmat keibuan yang telah dianugerahkan Yang Mahakuasa.
Menjelang akhir kehadirannya di atas panggung, kita akan mendengarkan lagu ini, saat Kang Dedi mulai mengulurkan tangan kebajikannya berbagi kepada orang yang pantas menerimanya.
Berkali-kali saya mendengarkan lagu ini dalam acara live Kang Dedi, tanpa kuasa ditahan, kedua mata basah, dan membasahi pipi. Komentar para komentator pun sama. Para penonton langsung yang sempat tersorot kamera juga sama.
Lagu ini selalu membuat hati menunduk, jiwa merenung, pikiran menerawang kepada sosok ibu yang jauh dari gapaian tangan. Mata melihat sosok di atas panggung. Tetapi jiwa ini terbang cepat menemui ibunda yang jauh di lembur.
Syairnya tentang kehidupan sangat dahsyat, dan mengena: bercerita tentang sebagian perjalanan sangat penting dari hidup manusia. Kita semua pernah atau sedang menjalaninya, sekalipun mungkin tidak semua memahami dan menghayatinya.
Lagu ini bercerita tentang kasih ibu. Kasih ibu kepada anaknya abadi, tidak pernah berhenti. Untuk menyayangi anak-anaknya, raga dipersembahkan hingga membungkuk, umur diantarkan hingga tak tersisa. Dan ia tetap menyayangi dan mengasihi anak-anaknya, bahkan saat anak-anaknya sudah dewasa dan menjadi tua. Kepada mereka ia tetap menyayangi, bahkan kepada cucu-cucunya. Bahkan saat tubuhnya telah bungkuk, ringkih dan rapuh.
Anak-anak yang mungkin pernah durhaka atau menyakiti hati ibunya, jika mendengar lagu ini, akan terhanyut dalam penyesalan, permohonan maaf, dan kerinduan.
Dinyanyikan oleh Teh Echa, sangat luar biasa. Dinyanyikan oleh teteh yang lainnya juga luar biasa. Asal penghayatannya sama, suara siapa pun mampu menembuskan lagu ini ke dalam kalbu-kalbu.
Jila Anda belum mendengarnya, segeralah mendengarnya. Jika Anda belum sempat menikmati acara Safari Budaya Kang Dedi, segeralah buka akun Facebook-nya, dan saksikan videonya hingga lagu ini mengalun. Nikmati setiap kata dan lirik dalam lagu yang penuh penghayatan ini. Asal hati Anda sedang bersih, insyallah kekuatan lagu ini akan Anda rasakan.
Jika ada orang yang mungkin sedang "bermasalah" dengan ibunya, saksikanlah berbagai video Kang Dedi saat Safari Budaya hingga lagu ini terdengar. Insyallah hatinya akan kembali luluh, dan kembali ke pangkuan jiwa ibunya.
Masyarakat Sunda kini memiliki lagu berbahasa Sunda yang dahsyat tentang kasih ibu. Jika pun sebelumnya sudah ada lagu Sunda yang semisal, lagu ini memperkaya khazanah Sunda. Dan penciptanya sekarang masih bersama-sama masyarakat dan menyapa mereka. Hadir dan dirasakan, serta melahirkan para pecinta.
Lagu ini akan makin booming. Tidak lama lagi akan banyak mulut menyanyikannya, dengan berbagai versi. Dalam bulan-bulan ini, lagu ini makin terus menggema khususnya di langit Jabar, dan kekuatannya meresap ke sanubari jutaan manusia.
Saya sendiri mulai menghafal sebagian lirik lagu ini. Hanya mencoba menghapal liriknya saja, karena suara saya tidak cukup mampu menyanyikannya.
Berikut ini lirik lagu Kaasih Indung yang sangat menyentuh dan luar biasa:
"Indung lembur panineungan
Wasilah medal munggaran
Alam nyanggap papasangan
Tangtu nu jadi ukuran
Ngampar lemah jajalanan...
Lampah hirup dilakonan
Kaasih indung marengan
Samping jangkung gelung jucung
Awak rengkung disebakeun...
Sesa umur dianterkeun....
Ngaguru ku kabodoan
ikhlas eusi kapinteran
ciduh metu jajampean
ajeg lampah dilakonan
Lemah ngamparkeun kaheman
Nungtun lakuning kamelang
Panas ajaran ti berang
Ngaguru kapoek peuting
Susuci ku cai ibun
Pahing getih pahang tulang
Ayun ambing ayun ambing
Ajeg nangtung hirup nanjung..
Lampah hirup dilakonan
Kaasih indung marengan
Samping jangkung gelung jucung
Awak rengkung disebakeun
Sesa umur dianterkeun
Samping kebat gogoleran
Endah rema gugupayan
Sapanjang indung marengan
Ajeg lampah kamulyaan...
Lemah ngamparkeun kaheman
Nungtun lakuning kamelang
Panas ajaran ti berang
Ngaguru kapoek peuting
Susuci ku cai ibun
Pahing getih pahang tulang
Ayun ambing ayun ambing
Ajeg nangtung hirup nanjung..."