Penulis: Endang Suherli, S.Psi. Guru MTs Al-Islam Kota Bandung.
Salah satu tantangan tersulit yang dihadapi mereka yang terjun di bidang psikologi abnormal adalah mendefinisikan prilaku abnormal. Disini kami mempertimbangkan beberapa karakteristik yang dianggap sebagai komponen perilaku abnormal. Kita akan melihat bahwa satu karakter tunggal tidaklah cukup, namun masing-masing berperan dan mencakup beberapa bagian dari kemungkinan definisi lengkapnya. Konsekuensinya, abnormalitas umumnya ditentukan berdasarkan munculnya beberapa karakteristik sekaligus. Definisi terbaik yang kami berikan menggunakan beberapa karaktersitik, antara lain: kejarangan statistik, pelanggaran norma, distress pribadi, ketidakmampuan atau disfungsi, dan respon yang tidak diharapkan (unexpectedness).
-
Kejarangan Statistik
Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang ditemukan. Kurva normal, atau kurva berbentuk lonceng, menempatkan mayoritas manusia di bagian tengah dalam kaitan dengan karaktersitik tertentu; sangat sedikit yang berada di bagian kedua ekstreem. Perkataan yang mengungkapkan bahwa sesorang normal merujuk bahwa orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu.
Kejarangan satistik digunakan secara eksplisit dalam mendiagnosis retardasi mental. Walaupun sejumlah kriteria digunakan untuk mendiagnosis retardasi mental, intelegensi rendah merupakan kriteria utama. Bila IQ seseorang dibawah 70, funsi intelektualnya dinilai cukup dibawah normal untuk disebut sebagai retardasi mental.
Walaupun beberapa perilaku atau karakteristik yang jarang terjadi terdapat pada orang- orang tertentu kita anggap sebagai abnormal, dalam beberapa kasus tidak terdapat hubungan sama sekali. Memiliki kemampuan atletik yang hebat merupakann seesuatu yang jarang terjadi, namun beberapa orang menilainya sebagai bagian dari psikologi abnormal. Hanya beberapa prilaku tertentu yang jarang terjadi, seperti mengalami halusinasi atau depresi yang mendalam, masuk dalam lingkup yang dibahas buku ini. Sayangnya, komponen statistik memberikan sedikit panduan bagi kita dalam menentukan perilaku mana yang jarang terjadi yang harus dipelajari para psikopatolog.
-
Pelanggaran norma
Karakteristik lain yang dipertimbangkan dalam menentukan abnormalitas adalah apakah perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang mengamatinya. Perilaku anti sosial dan psikopat juga sesuai dengan definisi ini, sebagaimana dengan ritual kompleks yang dilakukan para penderita obsesif kompulsif dan percakapan pasien psikotik dengan suara khayalan. Namun, tetap saja komponen ini terlalu luas sekaligus terlalu sempit. Perilaku kejahatan dan pria/wanita tuna susila melanggar norma sosial, namun umumnya tidak selalu dipelajari dalam psikologi abnormal; dan orang sangat pencemas yang umumnya dinilai sebagai karakter utama psikologi abnormal, umumnya tidak melanggar norma sosial dan tidak mengganggu banyak orang yang mengamatinya.
Selain itu, keragaman budaya dapat mempengaruhi bagaimana orang orang memandang norma sosial dalam suatu budaya mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain.
-
Distress Pribadi
Karakteristik dari beberapa bentuk abnormalitas adalah tekanan pribadi, yaitu perilaku dianggap abnormal jika menciptakan siksaan dan tekanan besar pada orang yang mengalaminya. Distress pribadi jelas sesuai dengan banyak bentuk abnormalitas—orang–orang yang mengalami gangguan anxietas dan depresi benar-benar menderita. Namun, beberapa gangguan tidak selalu menyebabkan distress. Psikopat, sebagai contoh, memperlakukan orang lain tanpa perasaan dan mungkin terus-menerus melanggar hukum tanpa sedikitpun merasa bersalah, menyesal, ataupun cemas. Dan tidak semua bentuk distress—sebagai contoh, kelaparan atau rasa sakit ketika melahirkan—menjadi bagian dari bidang ini.
-
Disabilitas dan Disfungsi Perilaku
Disabilitas, yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting (misalnya hubungan kerja atau pribadi) karena abnormalitas, juga menjadi komponen perilaku abnormal. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat sebagian ditentukan oleh disabilitas sosial atau perkerjaan (misalnya kinerja ynag rendah di tempat kerja, pertengkaran yang serius dengan pasangan) yang disebabkan penyalahgunaan zat. Secara sama, fobia dapat menyebabkan distress atau disabilitas, sebagai contoh, ketakutan naik pesawat yang parah menghambat seseorang memperoleh promosi jabatan. Seperti halnya penderitaan, disabilitas terjadi dalam beberapa, namun tidak semua gangguan. Sebagai contoh, transvestisme (memakai baju lawan jenis untuk mendapatkan kenikmatan seksual), yang saat ini didiagnosis sebagai gangguan mental jika menyebabkan distress bagi yang mengalaminya, bukanlah suatu disabilitas. Sebagian besar penderita transvestisme menikah, menjalani hidup yang wajar, dan biasanya memakai baju lawan jenis secara sembunyi-sembunyi. Karaktersitik lain yang dalam beberapa situasi dianggap sebagai ketidakmampuan—misalnya bertubuh pendek, padahal Anda ingin menjadi pebasket professional—tidak termasuk dalam bidang psikologi abnormal. Sebagaimana disabilitas, kami tidak memiliki aturan yang menentukan disabilitas seperti apa yang dianggap normal atau abnormal.
-
Yang Tidak Diinginkan (Unexpectedness)
Kami telah menjelaskan bahwa tidak semua distress atau disabilitas masuk dalam bidang psikologi abnormal. Distress dan disabilitas seringkali dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respons tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan (Wakafield, 1992). Sebagai contoh gangguan anxietas didiagnosis bila kecemasan tidak diharapkan dan di luar proporsi dalam suatu situasi, sebagaimana bila seseorang selalu cemas akan situasi keuangannya. Kelaparan, disisi lain, merupakan respon yang tidak diharapkan bila kita tidak makan sehingga tidak termasuk dalam kondisi distress yang relevan denga perilaku abnormal.
Kami telah mempertimbangkan beberapa karaktersitik kunci dari definisi perilaku abnormal. Sekali lagi, tidak ada satu karakter tunggal yang menghasilkan definisi yang memuaskan, namun secara bersama sama memberikan kerangka kerja yang bermanfaat untuk memulai definisi abnormalitas.
Sumber: Psikologi Abnormal, Gerald C. Davison – John M. Neale – Ann M. Kring, 2010.