Minggu, 1 April 2018 18:09

Bodohnya Umat Islam Mau Dibodohi

Ilustrasi.
Ilustrasi. [Net]

Penulis: Prof. Sumanto al Qurtuby, Antropolog - King Fahd University of Petroleum & Minerals, Arab Saudi

pahit memang. Tapi itulah yang terjadi dalam sejarah umat islam. Dan sejarah itu terulang lagi dan lagi. Harus diakui secara jujur bahwa (sebagian) umat Islam itu memang lugu dan bodoh sehingga gampang dibodohi oleh kekuatan-kekuatan besar yang mempolitisir dan memanfaatkan mereka.

Mereka gampang sekali dimobilisir oleh kekuatan-kekuatan raksasa itu untuk kepentingan politik-ideologi-ekonomi mereka. Tahukah Anda bahwa pada saat Perang Dunia II berlangsung umat Islam menjadi tumbal dan "kayu bakar" para raksasa itu: apakah itu bernama Jerman, Inggris, Amerika atau lainnya?

Untuk mengsukseskan propaganda dan mobilisasi massa Muslim, para raksasa itu sama-sama menggunakan dan mempolitisir dalil ayat, hadis atau idiom-idiom keislaman. Tak tanggung-tanggung mereka mencetak beribu-ribu pamflet dan selebaran untuk memprovokasi massa Muslim agar mereka mau "berjihad" dan berperang bersama para raksasa itu melawan musuh-musuh mereka. Di kawasan Arab/Timur Tengah, selebaran itu dicetak dalam Bahasa Arab.

Tahun 1941, misalnya, para inetelijen Amerika di Maroko, Tunisia dan lainnya menyebarkan pamflet dalam Bahasa Arab (yang "ditandatangani" Roosevelt) bertuliskan seruan kepada umat Islam untuk berjihad bersama Amerika melawan Nazi Jerman. Mereka menggambarkan Amerika sebagai "Tentara Suci" dan mengklaim akan menyelamatkan umat Islam dari kebrutalan Jerman.

Jerman juga sama. Tentara Nazi mencetak, menurut sejarawan David Motadel, satu juta kopi dalam Bahasa Arab yang menyerukan umat Islam untuk bergabung dengan Jerman. Dalam pamflet itu digambarkan Hitler sebagai "Imam Mahdi" yang, bersama umat Islam, akan menghancurkan Dajjal (Amerika dan musuh-musuh Jerman). Jerman yang anti Yahudi itu juga menyebarkan propaganda bahwa Yahudilah yang merebut Tanah Arab. Maka, tak pelak banyak berpuluh-puluh ribu umat Islam berbondong-bondong mendukung Nazi.

Kejadian provokasi, propaganda, dan pamflet itu terjadi lagi dan lagi. Ketika Amerika hendak mengusir rivalnya Soviet dari Afganistan di awal 1980an, mereka juga menyebarkan ribuan selebaran kepada warga Afganistan, Pakistan, dan kawasan Arab yang berisi seruan jihad kepada "ateis-komunis". Amerika juga melakukan hal yang sama ketika hendak menyerbu Irak. Saddam digambarkan sebagai "Dajjal" dan Amerika sebagai "Sang juru selamat". Itu pula yang mereka lakukan di Suriah, Libya dan kawasan lain.

Bukan hanya di Luar Negeri saja. Di Indonesia, umat Islam juga sudah sering sekali diperdaya oleh kekuatan-kekuatan raksasa. Dulu, Jepang memobilisir massa umat Islam dan melatih mereka untuk berjihad melawan Belanda. Mereka membentuk front-front Pasukan Jihad. Jepang menggambarkan diri sebagai "Sang Juru Selamat" dari "Si Dajjal-Kafir" Belanda dan sekutunya.

Provokasi dan propaganda juga ditebar menjelang horor "anti-ateis-komunis" 1965/1966 yang lucunya itu terulang lagi saat Pilgub DKI yang lalu (dan masih bergema hingga kini). Teriakan anti-aseng-komunis-ateis bergema dimana-mana disuarakan oleh (sebagian) umat Islam yang sedang kalap dan "orgy". Lucunya, waktu itu tak ada satu jentil til suara pun yang menyerukan anti-Amerika, Barat, kapitalisme dan sejenisnya. Padahal, biasanya mereka paling ceng-kenceng kalau teriak-teriak kopar-kapir anti Mamarika dan Wahyudi.

Lagi-lagi ini adalah soal bodohnya umat Islam yang mau dibodohi. Sepanjang mental umat Islam masih seperti ini maka sepanjang itu pula mereka akan mudah dimobilisir dan dikibuli, baik oleh kekuatan non-Muslim maupun oleh elit-elit Muslim itu sendiri.

Baca Lainnya