Limawaktu.id, Kota Cimahi - Karakteristik Kota Cimahi yang secara geografis merupakan bagian dari Cekungan Bandung dan bagian dari area terdampak Sesar Lembang dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, pemukiman yang rapat, perekonomian didominasi industri dan jasa, gedung-gedung pendidikan militer dan pendidikan formal mencakup 30% luas wilayah, tentunya memerlukan pemikiran-pemikiran baru, inovasi-inovasi baru, dan tentu saja keterlibatan semua stakeholders dalam berbagai model kerjasama.
Terlebih lagi apabila menyangkut kesiap-siagaan bencana, yang merupakan proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalkan dampak negatif bencana alam yang diantisipasi akan terjadi di masa datang di suatu daerah, merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan semua lapisan masyarakat.
Hal itu disampaikan Pj Wali Kota Cimahi melalui Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi Mardi Santoso, saat Penutupan rangkaian kegiatan Program NPST (New Soutbound Policy Taiwan) yang dilaksanakan oleh AARGI –NCREE dan Disdik Kota Cimahi, dalam keterangan tertulis yang diterima Limawaktu.id, Jum’at (11/8/2023).
Menurutnya, upaya penguatan struktur bangunan ini penting manakala secara struktur konstruksi bangunan Sekolah Dasar di Kota Cimahi pada umumnya adalah bangunan tua/lama yang dibangun oleh swadaya masyarakat ketika Cimahi masih menjadi bagian dari Kabupaten Bandung.
Sedangkan secara umum wilayah Kota Cimahi berada di jalur terdampak sesar lembang yang membentang utara ke selatan. Kota Cimahi merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam kawasan rawan bencana alam, seperti angin putting beliung, longsor, banjir serta gempa bumi,” katanya.
Tak hanya itu, kata dia, Kota Cimahi merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat resiko bencana yang cukup tinggi berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) 2013 dengan skor 120, yaitu berada pada skala kerawanan sedang.
“Kepedulian dan perhatian atas kondisi ini harus selalu digaungkan oleh semua stakeholders khususnya yang berkaitan dengan mitigasi resiko bencana yang mungkin terjadi,” katanya.
Dia menjelaskan, sesuai data hasil pemetaan kondisi bangunan SD yang dilakukan Disdik Kota Cimahi tahun 2020, Kota Cimahi mengelola 91 lembaga SD yang terdiri dari 420 unit bangunan. Adapun rehabilitasi 4 unit gedung di 4 lembaga SD yang dijalankan melalui program NSPT ini telah membantu menyediakan 16 unit ruang kelas yang lebih kokoh untuk ditempati 28 - 32 siswa per ruang kelas, sehingga ada sekitar 420 siswa dan 16 guru kelas yang menerima manfaat langsung dari rehabilitasi ini.
“Pelaksanaan rehabilitasi bangunan 4 sekolah ini merupakan contoh baik model kerjasama pentahelix antara pemerintah, akademisi, pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat (sekolah) yang hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat (siswa dan guru),” jelasnya.
Dikatakannya, konsep pelibatan semua stakeholder dalam pelaksanaan pembangunan merupakan salah satu visi misi pemerintah kota cimahi yang sering diakronimkan dengan cerdas.
Seperti kita ketahui bersama bahwa negara kita indonesia, adalah salah satu negara yang berada di daerah rawan bencana, kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian bersama stakeholders, agar upaya penanggulangan bencana, khususnya di wilayah Kota Cimahi, tidak hanya sekedar penanggulangan darurat saat kejadian bencana, namun bagaimana upaya untuk pengurangan resiko dapat menjadi panduan dalam menekan angka kejadian bencana alam maupun non alam secara tepat sasaran.
“ Untuk itulah, kami berharap hendaknya kerjasama ini tidak berhenti pada rehabilitasi 4 sekolah ini saja, bukan hanya di bidang pendidikan saja, namun juga gedung-gedung puskesmas untuk pelayanan kesehatan, gedung kelurahan/kecamatan untuk pelayanan sosial kependudukan, jaringan jalan / jembatan untuk mobilitas masyarakat, gedung pertokoan/pasar untuk aktifitas perekonomian masyarakat,” paparnya.