Limawaktu.id, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghadiri acara launching buku 'Dangerous Humans: Towards Zero eMissions?' di Dharmawangsa Hotel.
Menteri Basuki menyampaikan apresiasi atas penulisan buku ini yang menurutnya telah memberikan wawasan yang luas dan mendalam tentang dampak emisi karbon gas rumah kaca (GRK) terhadap lingkungan, baik mengenai pemanasan global maupun langkah menuju zero emission.
“Terima kasih atas bukunya, bisa menjadi referensi bagi Kementerian PUPR dalam pembangunan infrastruktur dengan emisi rendah, sesuai tagline pembangunan PUPR ke depan yaitu dengan memperhatikan kualitas, estetika, dan keberlanjutan lingkungan,” kata Menteri Basuki.
Menteri Basuki mengungkapkan Kementerian PUPR terus mengutamakan prinsip lingkungan berkelanjutan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di berbagai infrastruktur. Diantaranya dengan memanfatkaan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dapat memproduksi energi sebesar 6.400 MW serta instalansi floating solar plant di bendungan dengan total potensi energi sebesar 8.800 MW.
“Untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang menyebabkan hujan yang lebih singkat tapi curahnya lebih besar, kami juga telah mereview semua desain dan operasi bendungan. Kami memasang dan melakukan pengaturan pintu-pintu air untuk mengoptimalkan tampungan air di bendungan. Sebelum musim kemarau, kami menutup pintu bendungan. Lalu sebelum musim penghujan, kami membuka pintu bendungan,” jelas Menteri Basuki.
Buku 'Dangerous Humans: Towards Zero eMissions?' ditulis oleh Staf Khusus Presiden RI Diaz Hendropriyono. Buku ini membahas dampak emisi GRK penyebab pemanasan global yang sudah mencapai titik mengkhawatirkan, bahkan mengancam masa depan kehidupan di bumi ini.
"Alih-alih menikmati kemajuan teknologi, ke depannya dunia justru akan berjuang melawan bencana iklim, seperti kenaikan air laut, kekeringan, suhu panas ekstrem, kelaparan, serta polusi udara yang mematikan. Karena banyak manusia yang melakukan konsumsi dan produksi secara berlebihan tanpa mempedulikan lingkungan yaitu dangerous humans," ujar Diaz.
Menurut Diaz, buku ini menawarkan beberapa rekomendasi untuk mengatasi pemanasan global dan bencana iklim diantaranya membentuk ekosistem berkelanjutan, pendidikan wajib tentang pemanasan global, peningkatan anggaran penelitian, kredit atau insentif jika tidak menggunakan plastik, perluasan cakupan ekolabel, pengurangan emisi non GRK, dan endukung inovasi di sektor ekologis lainnya.
"Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya melaui Perjanjian Paris dan target ENDC, tapi masih diperlukan juga partisipasi pihak lainnya. Kita butuh extra effort, seperti yang telah para ecopreneur kita terutama dalam mengurangi sampah plastik dan limbah lainnya," katanya.