Limawaktu.id, Serang - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkapkan, Tatanan yang ada di Cidurian Kecamatan Tanara Kabupaten Serang ini sangat menarik dan menjadi contoh yang lengkap tentang persoalan kebersihan sampah.
Dia menjelaskan, Sungai ini awalnya tidak pas seperti sungai saat ini sudah mulai dirapikan, pada saat datang ke lokasi sampahnya juga sangat banyak, dengan kondisi jamban dan rumah-rumah yang membelakangi sungai .
Kalau ditata sebetulnya ini cukup ideal, Kementrian bersama pihak kampus akan melakukan penanganan dan akan mengintensifkan pengaturan sampahnya, termasuk di jalan-jalan sekitar yang harus dibenahi.
Dia menjelaskan, seperti disampaikan Wapres harus ada daya Tarik dan daya ekonomi juga, pihak kementerian LH sudah membuat Ekori Varian dibeberapa tempat seperti di Bogor, Karawang Indramayu, Sumatera Barat , Riau . jadi yang berkaitan dengan air dekat sungai kita tata airnya dari limbah masyarakat.
“Tadi juga pak Wapres sudah melihat IPAL yang dipakai oleh 1000 orang. Jamban dan Air harus dilakukan penataan juga. Tempat-tempat seperti itu se Indonesia harus kita benahi,” jelasnya, saat meluncurkan program "Tanara Clean Up", di Taman Batu Qur'an, Masjid Syech Nawawi Tanara, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Minggu (14/01/2024).
Diiwlayah tersebut, kata Nurbaya akan dilakukan penataaan air limbah di pondok pesantren yang kemudian dilengkapi dengan taman, gazebo dan lain-lain.
“Pada dasarnya masyarakat kita lebih suka pada keindahan alam, sehingga jika wisata itu ada air, pohon-pohonan akan menarik. Kita akan selesaikan dengan pihak kampus dengan bimbingan bapak Wapres,” katanya.
Terkait hal ini, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma'ruf Amin mengungkapkan pandangannya dari sisi keagamaan bahwa masalah lingkungan hidup bukan hanya tanggung jawab kemanusiaan (mas'uliyyah insaniyyah), melainkan juga tanggung jawab keagamaan (mas'uliyyah diniyyah/syar'iyyah). Untuk itu, masalah kerusakan lingkungan perlu dicegah dan diatasi bersama.
"Menurut pandangan keagamaan, masalah kerusakan harus dicegah, harus diperbaiki, karena alam ini sebenarnya sudah diciptakan oleh Allah dengan ukuran yang sudah tepat,” tegasnya.
Wapres kemudian mengutip Surat Al-Hijr Ayat 19, wa ambatnā fīhā min kulli syai'im mauzūun, dan Kami tumbuhkan di bumi segala sesuatunya menurut ukuran.
“Jadi, sudah ada ekosistemnya. Keseimbangannya sudah diciptakan,” tambahnya.
Adapun kerusakan itu, kata Wapres, disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, padahal Allah SWT sudah melarang manusia supaya tidak berbuat kerusakan di muka bumi sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat A’rāf Ayat 56.
“Wa lā tufsidū fil-arḍi ba‘da iṣlāḥihā. Jangan kamu merusak di bumi setelah diperbaiki oleh Allah, diatur secara terukur,” jelasnya.
Wapres menuturkan, Allah SWT di dalam Al-Qur’an bahkan juga mencela orang-orang yang tidak melakukan pencegahan terhadap adanya kerusakan.
“Mengapa pada masa-masa yang lalu itu orang-orang yang mempunyai kekuatan, kemampuan tidak melarang kerusakan di bumi, membiarkan, tidak ikut memperbaiki, berpangku tangan terhadap bumi itu sudah dicela oleh Allah, apalagi kalau merusak,” paparnya.
Sebab, lanjut Wapres, tindakan pembiaran seperti itu dapat menimbulkan bahaya yang besar bagi lingkungan, sementara sabda Rasulullah SAW melarang umat Islam untuk membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.
“La dharara wala dhirar, jangan membahayakan diri sendiri dan jangan membahayakan orang lain. Merusak lingkungan membahayakan diri sendiri, membahayakan orang lain, termasuk membuang sampah sembarangan yang dapat menimbulkan penyakit, penyakitnya kena dirinya sendiri, keluarganya, dan orang lain. Nah itu,” terangnya.