Sabtu, 13 April 2024 12:43

Kekuarangan Populasi, Sekolah di Korea ‘Impor’ Siswa

Penulis : Wawan Gunawan
Nuno Gomes siswa dari Parepare, Sulawesi Selatan, harus merantau sejauh 5.000 kilometer lebih untuk melanjutkan sekolah di Korea Selatan
Nuno Gomes siswa dari Parepare, Sulawesi Selatan, harus merantau sejauh 5.000 kilometer lebih untuk melanjutkan sekolah di Korea Selatan [BBC Indonesia]

Limawaktu.id, Korea - Kekurangan populasi akibat rendahnya angka kelahiran di KOrea Selatan, mengakibatkan sejumlah sekolah kekurangan murid. Sehingga sekolah disana terpaksa harus ‘mengimpor’ siswanya dari beberapa negara termasuk Indonesia.

Dilansir BBC Indonesia, sedikitnya ada empat siswa dari Parepare, Sulawesi Selatan, yang  tengah belajar di sana. Salah satunya adalah Nuno Gomes yang harus merantau sejauh 5.000 kilometer lebih untuk melanjutkan sekolah di Korea Selatan.

Nuno mendapat beasiswa dari Dinas Pendidikan Gyeongsangbuk-do untuk bersekolah di Sekolah Menengah Meister Maritim Korea di Kota Pohang, yang jaraknya empat jam berkendara dari ibu kota Korea Selatan, Seoul.

Hal ini sendiri lantaran tingkat kelahiran di Korea Selatan yang terus menurun dan berdampak pula pada pendidikan. Diketahui, Provinsi Gyeongsangbuk-do mengalami penurunan populasi terbesar di Korea Selatan.

Sebanyak 32 sekolah dasar di kawasan Gyeongbuk tidak menerima siswa baru pada tahun lalu, jumlah terbanyak di Korsel.

Menurut Kementerian Administrasi dan Keamanan Publik, pada Januari 2024, populasi kawasan Gyeongbuk hanya berjumlah sekitar 2,25 juta jiwa. Sebelumnya, per 31 Desember 2022, populasi provinsi Gyeongsangbuk-do tercatat sebanyak 2,66 juta jiwa.

Dilansir dari BBC Korea, provinsi ini mengalami penurunan populasi terbesar di Korea Selatan.

Hal itu ternyata berdampak pada penerimaan siswa baru di sekolah. Sebanyak 32 sekolah dasar di kawasan Gyeongbuk tidak menerima siswa baru pada tahun lalu, jumlah terbanyak di Korsel. Tahun ini, 27 sekolah dasar juga tidak menerima siswa baru.

Dinas Pendidikan Provinsi Gyeongsangbuk-do dan sekolah-sekolah lokal lantas membuat perjanjian dengan pemerintah dan sekolah lokal di empat negara untuk memilih siswa baru melalui beberapa proses seleksi.

“Kualifikasi spesifik untuk pendaftaran dan metode seleksi ditentukan oleh sekolah dan kemudian ditinjau dan disetujui oleh dinas pendidikan,” kata Kim Mi-jeong, seorang siswa penerima beasiswa di Departemen Bakat Kreatif di Dinas Pendidikan Gyeongbuk.

Selain mendapatkan pendidikan teknis profesional di sekolah lokal, para siswa terpilih juga akan mendapatkan kursus bahasa dan budaya Korea, serta berbagai manfaat beasiswa lainnya.

Kepala Sekolah Menengah Uiseong Unitech, Park Ki-hwan, berkata sekolahnya terselamatkan berkat program ini. Tahun ini Uiseong Unitech menerima delapan siswa dari Thailand.

“Penerimaan siswa internasional memainkan peran besar tahun ini. Mungkin banyak sekolah yang tidak mampu merekrut siswa baru, dan sekolah kami mungkin salah satunya. Jadi kami mempertaruhkan keberlangsungan kami dengan program ini,” ujar Park.

Dia menekankan penurunan populasi menjadi masalah serius. Pasalnya, hal itu juga menyebabkan kelangkaan tenaga kerja di berbagai sektor industri.

Permintaan dari industri tetap ada, menurut Park, tetapi siswa lokal hanya tertarik dengan pekerjaan yang mereka inginkan, “sehingga angkatan kerja dipenuhi oleh pekerja asing”.

“Pada akhirnya, ini adalah proyek yang bertujuan untuk mengerahkan pekerja luar negeri yang telah menerima pendidikan formal (di Korea) dan Koreanisasi ke pasar produksi, guna meningkatkan kualitas tenaga kerja,” kata Park.

Baca Lainnya