Bandung (limawaktu.id),- Jangan sepelekan rasa sakit pada tulang. Bisa jadi rasa nyeri ini menjadi sinyal ada masalah dengan tulang atau kelainan dalam struktur tulang.
Demikian dikatakan dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Rumah Sakit Edelweiss, dr. Dadang Roekanta, Sp. OT, M. Kes. dalam talk show yang digelar Rumah Sakit Ededelweiss di TSM, Bandung, Jumat (13/8) malam.
"Sering kali orang menganggap enteng rasa pegal. Padahal, pegal-pegal yang berulang di titik yang sama merupakan sinyal jika ada sesuatu yang tidak beres, " kata Dadang.
Menurutnya, pegal di titik sama ini menjadi sinyal ada yang tidak beres pada tulang. Jika dibiarkan, hal ini bisa menimbulkan rasa sakit bahkan membuat kerusakan pada tulang.
Bagian tubuh yang sering bermasalah, kata Dadang, adalah bagian lutut. Lutut menjadi bagian tubuh yang paling rawan terjadi rasa pegal dan berujung nye
"Sayangnya, masyarakat kerap menyepelekan. hanya meminum obat anti nyeri untuk mengatasinya, Kalau sekali dua kali menghilang selesai, tapi kalau nyeri berulang itu harus konsultasi," kata Dadang.
Pengeroposan tulang atau osteoporosis, kata Dadang, akibat rasa sakit pada lutut yang dibiarkan. Begitu pun tulang bengkok, bisa disebabkan oleh pegal-pegal pada lutut.
"Lutut yang dibiarkan bengkok dan sakit, jika kami buka itu tulang sudah tidak ada pelumas dan bantalan sendi," tutur Dadang.
Dadang menyebutkan, tulang rawan terkena sakit rata-rata setelah menginjak usia 40 tahun. Hal tergantung pada pola hidup dan pola makan yang buruk, sehingga bisa mempercepat penyakit pada tulang.
"Kebiasaan tidak sehat, malas berolahraga alias mager, bisa memicu anak muda terkena sakit tulang juga, " imbuhnya.
Dadang memaparkan, perempuan di atas 35 tahunbdan laki-laki di atas 40 tahun menjadi puncak fase kesehatan tulang. Dia menyarankan jika terdapat rasa pegal agar segera berkonsultasi ke dokter.
Seperti pemeriksaan di rumah sakit Edelweis, Dadang terdapat Pain Center dengan fokus menangani masalah nyeri. Pain center akan mengobservasi pasien yang mengeluhkan pegal dan nyeri. Dari observasi tersebut dapat diketahui sumber sakit dan cara menanganinya. "Ini berarti, penanganan yang diberikan tidak hanya sebatas berbicara pemberian obat semata, " pungkasnya.