LIMAWAKTU, BANDUNG – Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Jawa Barat berupaya menjadi percontohan dalam kepemimpinan berbasis kecerdasan buatan (AI). Hal ini ditegaskan Ketua Umum ICMI Prof. Arif Satria dalam acara Ramadhan Leadership Camp 2025 yang digelar di Sekretariat ICMI Jabar, Jalan Cikutra, Kota Bandung, Ahad (23/3/2025).
Menurut Rektor IPB University itu, Jawa Barat memiliki keunggulan dalam sumber daya manusia yang melimpah. “Saya proyeksikan ICMI Jabar menjadi Orwil percontohan karena berbasis AI. Hal ini pun selaras dengan adopsi konsep Siddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh dari Rasulullah, terutama terkait peran sebagai role model yang kompeten,” ujarnya.
Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara, termasuk Rektor Telkom University sekaligus Guru Besar AI, Prof. Suyanto, yang menyoroti potensi AI yang diprediksi mencapai puncaknya pada 2030. “Diperlukan desain dan regulasi talenta AI yang memadai sedari dini,” katanya.
Selain itu, Ketua MPP ICMI Dr. Ismail Rumadan membahas regenerasi kecendekiawanan nasional, sementara Guru Besar ITB Prof. T. Abdullah Sani mengangkat visi Indonesia berbasis ilmu pengetahuan dan ketakwaan. Hadir pula Dr. Sodik Mujahid dan Dr. Aep Saefulloh yang membahas kepemimpinan Islam dan peradaban.
Ketua Pemuda ICMI Jabar Jalu Priambodo mengatakan, kegiatan ini menjadi bagian dari pembentukan jiwa kepemimpinan sekaligus meningkatkan amal ibadah di penghujung Ramadan. “Provinsi lain mengadakan kegiatan serupa, namun yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum Prof. Arif Satria hanya di Jawa Barat,” ujarnya.
Ketua ICMI Orwil Jabar Prof. Sutarman mengapresiasi konsistensi Pemuda ICMI Jabar dalam menggelar kegiatan produktif. “Di mana pun manusia berhimpun, harus ada pemimpinnya. Leadership Camp seperti ini menjadi wahana mencetak pemimpin masa depan,” katanya.
ICMI Jabar menegaskan komitmennya untuk terus mencetak pemimpin demi keberlanjutan pergerakan umat Islam. “Kami menyediakan wadah bagi siapa pun, selama berpijak pada tiga asas ICMI: keislaman, kebangsaan, dan kecendekiaan,” pungkas Prof. Sutarman.
