Senin, 30 Oktober 2017 0:56

Begini Akibatnya Jika Stadion Sangkuriang Jadi Ajang Konser

Penulis : Muhammad Ankawijaya
Sampah berserakan pasca konser.
Sampah berserakan pasca konser. [limawaktu]

Limawaktu.id, - Sabtu (28/10/2017) kemarin, acara hiburan digelar dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, yang dimulai dari siang hingga malam hari. Rangkaian acaranya, antara lain konser musik, kabaret, fashion show, seni drawing, hingga futsal.

Tujuan acara ini sebenarnya cukup mulia, yaitu mengajak pemuda untuk mengingat dan meresapi makna Sumpah Pemuda. Para anak muda pun diajak untuk berbagi kesenangan, kebahagiaan, dan kebersamaan dalam satu ajang di satu tempat.

sangkuriang-03-59f619346f721.jpg" alt="" />
Kondisi lapangan seperti kolam setelah diguyur hujan.

Namun, dibalik itu ada beberapa persoalan yang mungkin tidak terlihat dari permukaan. Masyarakat awam khususnya pemuda-pemudi yang hadir, pasti tidak akan mengetahui dan memahami persoalan yang turut menguntit kemuliaan acara peringatan Sumpah Pemuda ini.

Salah satu persoalan yang yang hadir akibat dari diadakannya ajang ini adalah terhentinya sebuah kompetisi sepakbola. Ya, kompetisi internal yang digagas oleh Askot PSSI Kota Cimahi, harus berhenti ditengah jalan. Kompetisi yang sudah mencapai babak semifinal dan seharusnya sudah memiliki juaranya, akhirnya tertunda dan tanpa ada kejelasan mengenai kelanjutannya.

Penyelenggara turnamen, Jony Walker kembali merasa kecewa atas halangan yang kembali menghampiri hajatan turnamen Askot yang sedang digelarnya. Namun, Jony kembali mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki kewenangan terhadap hak guna stadion Sangkuriang. Meski telah melayangkan protes, namun pada akhirnya turnamen tetap harus kembali ditunda.

 Panitia turnamen sepakbola melakukan upaya pengeringan lapangan. 

“Kalau bisa, tidak digunakan untuk hiburan. Lebih baik khusus digunakan untuk sepak bola saja,” ucap Jony.

Memang, seharusnya sebuah stadion sepakbola, idealnya tidak digunakan untuk acara-acara konser yang mendatangkan ribuan orang ke dalam lapangan. Hal ini dapat merusak kondisi rumput di lapangan yang harus terus menerus terinjak-injak penonton yang berjingkrak ria menikmati musik. Apalagi hujan lebat yang mengguyur kota Cimahi
memperparah keadaan.

Ini terbukti dengan kondisi stadion Sangkuriang pasca konser, yang kini sudah ditinggalkan oleh penyelenggara acara. Banyak sekali sampah yang berserakan di lapangan dan tribun stadion. Rumput yang hanya ada di sebagian lapangan pun menjadi rusak dan semakin tidak teratur. Bahkan, ketika acara berlangsung, kondisi lapangan yang rusak, menjadi terlihat seperti kolam, bukan lapangan sepakbola.

Suasana konser di siang hari. 

Ketika dihubungi melalui telepon, Dicky Djarum, penyelengara acara, menyatakan sudah mendapatkan izin untuk menggunakan stadion Sangkuring. Dicky juga menyatakan akan kembali berkomunikasi dengan penyelenggara turnamen dan membahas kompensasi. Namun jika melihat kondisi stadion pasca konser (Minggu sore), nampaknya pihak penyelenggara lupa.

Dalam catatan sejarahnya, bukan kali ini saja stadion ini dijadikan tempat kegiatan hiburan. Sebelumnya, dalam perayaan pelantikan walikota, tempat ini pun pernah melangsungkan acara hiburan wayang golek. Lalu beberapa tahun yang lalu pun sebuah konser yang mendatangkan Pas Band dan J Rock pernah diselenggarakan di sini.

Bahkan pasca konser, terjadi sebuah insiden yang merenggut nyawa tiga orang penonton. Berdasarkan cerita warga sekitar dan beberapa berita di media, ketiga orang penonton tersebut tewas setelah mereka jatuh dan terinjak-injak penonton lainnya yang berdesak-desakan akan meninggalkan stadion. Lalu mengapa kejadian tersebut tidak menjadi peringatan keras?

Memang, jika kita ingin mencari siapa yang bersalah, mungkin tidak terlalu tepat jika kita sepenuhnya menyalahkan pihak penyelenggara acara. Mereka hanya ingin memberikan kebahagiaan terhadap para pemuda sekaligus mengingatkan perjuangan pemuda dalam menjaga bangsa dan negara. Hanya saja tak seharusnya mereka meninggalkan stadion dalam keadaan rusak dan dipenuhi sampah.

Jika melihat situasi yang ada, yang paling mungkin dimintai pertanggungjawaban atas persoalan ini adalah pihak pemerintah khususnya pengelola stadion Sangkuriang yang memiliki wewenang terhadap kegunaan dan pengelolaan stadion sangkuriang. Mengapa demikian? Karena stadion Sangkuriang adalah aset pemerintah kota Cimahi. Oleh sebab itu, pihak pemerintahlah yang memiliki kewajiban untuk menjaga dan mengelola stadion yang pernah mengadakan turnamen segitiga antara Persib, Persija, dan PSIM Yogyakarta ini.

Selain itu, karena kondisi stadion yang sudah sangat tak terawat ini telah terjadi cukup lama. Ini membuktikan bahwa pemerintah sangat minim perhatian terhadap kondisi stadion. Bukan setahun-dua tahun saja kondisi ini terjadi, tetapi telah menahun. Artinya, pemerintah menutup mata dan telinga atas situasi yang ada.

Jika kita melihat kondisi lapangannya saja, mungkin kita akan mengira bahwa tempat ini adalah sebuah lapangan untuk menggelar ajang tarkam, bukan sebuah stadion. Bahkan, Jika kita melihat kondisi beberapa ruangan yang ada di stadion, seperti ruang ganti pemain dan ruang perangkat pertandingan yang hampir hancur total, kita akan terkejut dibuatnya. Bukannya digunakan sebagai ruangan yang produktif, malah menjadi ruangan lapuk tak terurus, bau pesing, dan layak disebut sebagai kamar berhantu.

Selain itu, rusaknya penerangan dan dan pintu stadion, serta terlalu mudahnya warga memasuki kawasan stadion, membuat tempat ini menjadi arena yang sempurna untuk aksi mesum oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Warga sekitar menuturkan, jika kegiatan mesum dilakukan bukan hanya di malam hari saja, tetapi terjadi di siang hari juga.

Telah banyak suara yang menginginkan agar pemerintah lebih peduli terhadap kondisi stadion Sangkuriang ini. Mereka tidak rela jika stadion kebanggan warga Cimahi yang memiliki sejarah cukup besar, hanya menjadi sebuah stadion lapuk tak terurus. Warga Cimahi khususnya peminat sepakbola tentu tak ingin jika stadion ini terus dalam kondisi buruk dan semakin buruk.

Bahkan untuk menjaga dan merawat stadion, di tahun 2014 ratusan orang yang berasal dari berbagai komponen masyarakat Kota Cimahi pernah melakukan aksi kerja bakti di stadion Sangkuriang. Mereka semua secara bersama-sama melakukan aksi bersih-bersih dan perbaikan stadion. Di akhir kegiatan, warga pun kala itu membubuhkan tandatangan sebagai rasa cinta terhadap stadion dan menolak penghancuran stadion yang kabarnya akan diganti dengan sebuah mall. “Save Sangkuriang,” ujar Masyarakat saat itu.

Oleh karena itu, kini harapan agar stadion sangkuriang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari pemerintah harus kembali digelorakan. Apalagi kota Cimahi kini memiliki Walikota baru, yaitu Ajay Muhammad Priatna dan Ngatiyana sebagai wakilnya. Artinya ada harapan baru dari pemimpin baru yang mudah-mudahan dapat merealisasikan harapan masyarakat olahraga khususnya sepakbola terhadap perbaikan stadion Sangkuriang.

Apalagi dalam kesempatan wawancara pasca pembukaan babak Kualifikasi Porda Jabar di GOR Sangkuriang, Walikota menyatakan keinginannya untuk memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana olahraga dan stadion Sangkuriang.

“Insya Allah, ada beberapa program kami juga diantaranya memperbaiki beberapa sarana olahraga, termasuk stadion yang menjadi kebanggaan Cimahi ini kita akan perbaiki,” ucap Walikota Cimahi, Ajay M. Priatna.

Ini artinya sudah harus menjadi perhatian Walikota dan jajaran dibawahnya dalam meningkatkan dan memperbaiki sarana dan prasarana olahraga. Selain itu, ada baiknya juga jika kota Cimahi menambah Gedung Olahraga yang selama ini hanya mengandalkan GOR Sangkuriang saja. Karena ada banyak cabang olahraga yang dinaungi pemerintah dan butuh tempat untuk berlatih.

Lalu hal lain yang harus mendapat perhatian adalah ruang berkreasi/ berkesenian yang memang sangat kurang. Jika tempat berkesenian dan berolahraga dapat dipisahkan, tentu saja konflik kepentingan (conflict of interest) keduanya dapat dihindari. Semoga. (anka)*

Baca Lainnya